Mataram (NTBSatu) – Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi NTB, berhasil menyulap gunung sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok, Lombok Barat menjadi taman edukasi landfill hill.
Di taman edukasi ini, tersedia juga selfie point dengan pemandangan Kota Mataram dan landskap sawah juga pantai.
Sebagai informasi, UPT TPA Regional Kebon Kongok DLHK NTB telah menutup gunung sampah dengan ketinggian 40-an meter usia 31 tahun itu. Penutupan berlangsung sejak September 2023 lalu.
Taman edukasi Landfill Hill yang dikerjakan selama 2 bulan ini, diharapkan menjadi pusat kegiatan masyarakat sekitar TPA. Sekaligus wahana penyadaran akibat dari tata kelola sampah 30 tahun terakhir.
Taman edukasi tersebut langsung diresmikan Pj. Gubernur NTB, Hassanudin, pada Senin, 16 Desember 2024. Sekaligus menjadi kado ulang tahun Ke-66 Provinsi NTB.
Meski di tengah hujan deras, Pj. Gubernur hadir basah kuyup dan membubuhkan tanda tangan pada prasasti sebagai tanda peresmian.
Pj. Gubernur NTB, Hassanudin mengapresiasi langkah DLHK. Karena berhasil menata gunung sampah menjadi taman edukasi.
“Dan saya berharap ada terobosan-terobosan baru pengelolaan sampah,” ujar Hassanudin.
Sementara Pimpinan Wilayah PT Pegadaian, Supriyanto mengatakan, dukungan pembangunan Taman Edukasi di Landfill TPA ini adalah wujud tanggung jawab sosial lingkungan.
“Kami berusaha memberikan dukungan bagi upaya-upaya pengelolaan lingkungan. Termasuk, membenahi Landfill sebagai Taman,” Supriyanto.
Selanjutnya, Kepala DLHK Provinsi NTB, Julmansyah mengungkapkan, pihaknya telah mengubah gunung sampah itu menjadi Taman Edukasi Landfill Hill setelah ditutup. Pengerjaan taman ini selama 2 bulan.
“Sejak TPA Kebon Kongok diserahkan ke DLHK dan dikelola UPT TPA Regional 2019 lalu, kami melakukan rekonturing secara bertahap. Sehingga berhasil menutup landfill lama September 2023 lalu,” terang Julmansyah.
Ia berharap, taman ini bisa menjadi pusat kegiatan masyarakat sekitar TPA. Sekaligus wahana penyadaran akibat dari tata kelola sampah 30 tahun terakhir.
“Di mana paradigma sampah selama ini kumpul, angkut dan buang. Sehingga kita menghasilkan gunung sampah,” ujar Julmansyah. (*)