Mataram (NTBSatu) – Tim Pemenangan Zul-Uhel, Deddy AZ menanggapi anjloknya survei pasangan calonnya. Ia mengaku tidak terpengaruh sama sekali atas hasil survei milik Nusra Institute yang menempatkan Zul-Uhel di posisi paling buncit, setelah Iqbal-Dinda dan Rohmi-Firin.
Deddy mengaku telah memiliki lembaga survei tersendiri yang akan menjadi acuan Zul-Uhel. Dengan begitu, ia merasa tidak akan terjaring pola framing dari kompetitor Zul-Uhel.
Lebih lanjut, Deddy menyebutkan, Ketua DPW Gelora NTB, Lalu Pahrurrozi merupakan pemilik Nusra Institute. Sehingga, hasil survei tersebut tidak akan pernah objektif dan cenderung akan berpihak pada salah satu paslon.
“Oji (sapaan Ketua DPW Gelora NTB, red) notabenenya adalah salah satu ketua partai pengusung Iqbal-Dinda,” ungkap Deddy, Kamis, 3 Oktober 2024.
NTBSatu mencoba untuk mengonfirmasi hal ini kepada Pahrurrozi. Hanya saja, ia langsung meminta untuk menanyakan keabsahan kritikan Deddy AZ kepada Direktur Nusra Institute.
Tanggapan Direktur Nusra Institute
Sementara itu, Direktur Nusra Institute, Roby Satriwan pun menanggapi pernyataan Deddy AZ. Baginya, Deddy AZ tidak seharusnya menuduh pihaknya tidak obkejtif dan akan cenderung berpihak pada salah satu paslon. Sebab, hasil survei mesti teradu dengan hasil survei pula.
Roby mengakui, Pahrurrozi merupakan salah satu pendiri Nusra Institute bersama sejumlah kader PKS lainnya. Kemudian, sejak Oji dan kawan-kawan yang lain aktif sebagai pengurus partai, Roby terpilih sebagai direktur.
Ia pun memastikan, pihaknya tidak pernah mendapatkan pesanan apapun dari Gelora. Selain itu, Roby pun mempertanyakan, apabila terdapat lembaga survei lain yang melakukan pendataan, pihaknya tidak pernah melayangkan kritikan. Namun, saat Nusra Institute yang melakukan survei, Roby kerap kali mendapatkan kritikan.
“Kalau masalah hasil survei, harus tersandingkan dengan hasil survei pula, bukan serangan personal. Kalau ada tandingan, mari sama-sama buka hasil survei. Tidak bisa terklaim bahwa kami tidak objektif,” ungkap Roby kepada NTBSatu, Kamis, 3 Oktober 2024 malam.
Roby menyebutkan, apabila pihaknya tidak kredibel, maka orang-orang tidak akan pernah mempercayai saya. Apabila Tim Zul-Uhel keberatan, Roby mengaku siap untuk membuka data, asalkan Tim Zul-Uhel pun turut membuka data milik mereka.
“Hasil survei kami yang pertama, Bang Zul tertinggi saat Juni 2024. Kemudian, kalau Bang Zul tidak lagi nomor satu, maka tim seharusnya menerima. Namun, apabila Tim Bang Zul memiliki data tersendiri, mari sandingkan dengan data kami,” lanjut Roby.
Roby menyatakan, pihaknya menunggu undangan untuk membuka data dan berdiskusi.
Apabila seluruh tim survei bekerja dengan cara yang benar, maka tidak akan ada perbedaan yang signifikan. Iqbal-Dinda di peringkat pertama, Rohmi-Firin di peringkat kedua, dan Zul-Uhel di peringkat ketiga dalam periode September 2024.
Apabila terdapat sedikit berbeda, Roby mengaku bahwa itu merupakan margin of error.
“Kalau lembaga kami dianggap tidak kredibel, kami keberatan. Kami menunggu undangan dari Deddy AZ untuk melakukan penyandingan data,” tandas Roby.
Hasil Survei Nusa Institute
Berdasarkan hasil survei Nusra Institute, Iqbal-Dinda meraih hasil elektabilitas sebesar 31,0 persen. Rohmi-Firin meraih hasil sebesar 29,3 persen. Serta, Zul-Uhel menempati posisi paling buncit dengan 15,9 persen. Adapun, responden yang masih ragu-ragu atau belum menentukan pilihan sebanyak 23,3 persen.
Elektabilitas Iqbal-Dinda meningkat sebanyak 4,5 persen dari hasil survei pada Juni lalu. Demikian pula elektabilitas Rohmi-Firin yang naik 2,4 persen dari hasil survei sebelumnya.
Sementara pasangan Zul-Uhel merosot dari angka 29 persen di bulan Juni, turun menjadi 15,9 persen pada September. Terjadi penurunan sebesar 13,1 persen.
Penentuan sampel dalam survei tersebut menggunakan metode multistage random sampling. Survei Nusra Institute menyasar 1.000 responden yang memiliki hak suara dalam Pemilihan Gubernur NTB 2024. Survei berlangsung pada 9-13 September 2024.
Margin error 3,16 persen dengan metode multistiage random sampling yang ditarik secara proporsional berdasarkan jumlah wajib pilih di 10 kabupaten/kota, 49 dapil kabupaten, 100 desa, dan 200 TPS se-NTB. Masing-masing TPS ditarik lima responden. Hanya saja, ada satu dapil kabupaten yang tidak terkena sampel di Kota Bima. (*)