Mataram (NTBSatu) – Pelayanan kesehatan secara merata dan cepat kepada seluruh masyarakat masih menjadi tantangan.
Berangkat dari situ, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI meluncurkan Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) melalui National Command Center (NCC), Province Command Center (PCC) dan Public Safety Center (PSC) 119, pada Selasa, 1 Oktober 2024 di Hotel Lombok Raya, Kota Mataram.
Dalam penerapannya, Kemenkes RI menjadikan Provinsi NTB sebagai pilot project atau daerah percontohan bagi daerah lainnya di Indonesia.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Kemenkes RI, Dr. Sumarjaya menyampaikan, penunjukkan Provinsi NTB sebagai pilot project, karena NTB menjadi satu-satunya daerah yang sudah mengembangkan PCC. Merupakan unit layanan penanganan kegawat daruratan medis yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat.
“Kita ingin mengintegrasikan sistem kesehatan penanggulangan darurat terpadu yang terintegrasi di seluruh kabupaten se-Indonesia,” kata Sumarjaya.
Mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2013 tentang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan menyebutkan, setiap provinsi harus membentuk PCC, begitupun dengan kabupaten/kota harus membentuk PSC.
Di mana dalam melaksanakan tugasnya, PCC dan PSC akan menjadi jejaring NCC 199 yang berada di Kantor Kemenkes RI di Jakarta.
“Nanti kita integrasikan NCC, PCC, dan PSC yang terintegrasi datanya dalam skala nasional,” ujarnya.
Sumarjaya berharap, pembentukan PCC bagi tiap-tiap daerah dapat membantu masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang merata. Terutama untuk kasus kegawatdaruratan
“Pembentukan PCC ini dalam rangka mempertahankan orang tetap hidup, rumah sakit lebih mudah melakukan perawatan dan penyembuhan,” ungkapnya.
Masyarakat Terlayani dengan Baik
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTB, Drs. Lalu Gita Ariadi mengatakan, adanya peluncuran SPGDT melalui NCC, PCC, dan PSC 119 menjadikan wisatawan dan masyarakat NTB ketika terjadi musibah bencana darurat dapat terlayani dengan sebaik-baiknya.
Apalagi, NTB mencanangkan diri menjadi pariwisata bertaraf internasional, yang mana sports tourism itu punya resiko trauma yang sangat tinggi. Di tambah NTB akan menjadi tuan rumah beberapa event nasional maupun internasional, seperti PON dan MotoGP.
“Adanya launching seperti ini wisatawan dan masyarakat cepat tanggap terlayani,” ungkap Gita Ariadi.
NTB merupakan salah satu daerah yang berada dalam satu ring of fire atau lingkaran api pasifik dengan potensi kebencanaan tinggi.
Sehingga, lanjut Gita, penting dalam membentuk PCC agar jajaran tenaga kesehatan mampu memberikan pelayanan medis yang secara tiba-tiba. Serta, pelayanan gawat darurat secara cepat, tepat, dan cermat bagi masyarakat.
“Jadi pada Instalasi Gawat Darurat (IGD), bukan hanya untuk kegawatdaruratan medis karena penyakit. Namun juga bisa karena kecelakaan atau korban bencana”, terang manta Penjabat (Pj) Gubernur NTB itu.
Kurangi Risiko Kematian
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB, dr. Lalu Herman Mahaputra menyebutkan, maksud dari peluncuran SPGDT ini untuk menyeragamkan sistem terkait penanganan di lapangan terkait kasus emergency.
“Kalau sudah berintegrasi dapat mengurangi risiko kematian,” kata dr. Jack, sapaan Dirut RSUD Provinsi NTB.
dr. Jack menceritakan, PSC 199 di NTB sudah ada sejak lama, saat ia bertugas di RSUD Kota Mataram. Kemudian pindah tugas ke RSUD Provinsi NTB, ia juga membuat PCC.
Di NTB, PCC menyediakan layanan pre hospital atau pelayanan sebelum masuk rumah sakit seperti evakuasi media gawat darurat, home care dan home visit atau layanan bagi pasien dengan kondisi tertentu yang membutuhkan perawatan di rumah.
Kemudian, layanan ambulance, medical for event atau layanan medis pada acara. Serta, evakuasi medis gawat darurat.
“Layanan ini bisa dijangkau oleh seluruh masyarakat, termasuk yang di daerah terpencil,” pungkasnya. (*)