Pendidikan

Prof. Kamaludin Yusra Dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Unram

Mataram (NTBSatu) – Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram (Unram), Prof. Drs. Kamaludin Yusra, M.A., Ph.D., dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap, Selasa, 10 September 2024.

Ia dikukuhkan bersama lima dosen Unram lainnya. Pengukuhan berlangsung di Ruang Sidang Senat Lantai III Gedung Rektorat oleh Rektor Unram, Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo.

Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Kamaludin Yusra mengulas perjalanan karyanya yang cukup beragam sebagai akademisi ilmu linguistik atau ilmu kebahasaan. Orasi ilmiahnya itu bertajuk “Bahasa dan Manusia dalam Perspektif Konstruksionisme Linguistik: Dari Simbol Etnisitas ke Modal Strategis Keberlanjutan Hidup Manusia”.

Ia menerangkan, bahwa peran bahasa dalam kehidupan manusia telah menjadi kajian para pakar dalam sejarah hidup manusia. Bermula dari penemu teori behaviorisme, BF Skinner melihat bahasa sebagai perilaku verbal yang terbentuk dari proses pembentukan kebiasaan.

Namun, seorang ahli bahasa terkemuka, Noam A Chomsky membantah asumsi tersebut dengan bukti kreativitas manusia dalam berbahasa.

“Seorang sosiolinguis, Dell Hymes mengembangkan kreativitas ini sebagai kemampuan memilih ragam bahasa sesuai konteks,” jelas Prof. Kamaludin Yusra.

Sosiolinguis lainnya, John Gumperz pun mengembangkan konsep ini dengan kebalikannya yakni pilih bahasa menciptakan konteks. Sehingga, bahasa berperan sebagai alat konstruksi realitas dan pandangan konstruksionisme ini menjadi era baru dalam bidang ilmu lingusitik.

“Merangkum tiga pandangan itu, kami memfokuskan karya kami pada peran bahasa sebagai alat untuk merepresentasikan, mengkonstruksi, dan menegosiasi realitas sosial. Seperti, etnisitas, identitas sosial, solidaritas sosial, sustainabilitas sosial,” ungkapnya.

“Terinspirasi oleh John Joseph Gumperz dan Joshua Fishman, kami meneliti peran bahasa sebagai simbol etnisitas dan identitas sosial,” tambah Prof. Kamaludin Yusra.

Ia juga mengatakan, kalau bahasa berperan sentral dalam kehidupan manusia. Bahkan, menurut Piere Felix Bourdieu, bahasa sebagai modal strategis kemanusiaan.

“Di samping bermodal kultural dan sosial, sebagai buah dari berkembang dalam kelompok budaya dan kelompok sosial tertentu manusia bermodal linguistik. Karena mampu berbahasa tertentu,” ujarnya.

Bahasa Jadi Alat Solidaritas Sosial

Modal linguistik ini juga telah menjadi tema penelitiannya, dengan mengkaji integrasi kurikulum eropa, kurikulum ASEAN dalam pembelajaran bahasa Inggris pariwisata. Tujuannya agar mahasiswa dan alumni siap bekerja pada bisnis wisata di dunia.

“Bahasa sebagai modal kemanusiaan telah dipergunakan sebagai alat untuk menciptakan solidaritas sosial,” sambungnya.

Emile Durkheim adalah tokoh yang membawa ide solidaritas sosial ini. Sementara, Brown dan Gilman serta kawan-kawannya membawanya ke dalam bidang ilmu linguistik dalam bentuk sapaan. Hal tersebut dikaji dalam dua dimensi sosial yaitu solidaritas dan kuasa.

“Kami membantah teori tersebut dengan menawarkan dimensi baru, yaitu solidaritas, keintiman, kesetaraan, rasa hormat, sopan santun, dan kekuasaan. Sebab, solidaritas sosial sering dikaitkan dengan pilihan bahasa dan alih kode saja,” jelas Prof. Kamaludin Yusra.

Beberapa penelitian telah menawarkan strategi linguistik baru, berupa praktek pindah bahasa atau dalam bidang kajian translanguaging. Bidang tersebut sekarang menjadi wacana sentral dalam kajian multikulturalisme.

Sebagai penutup, Prof. Kamaludin Yusra menyampaikan, praktik bahasa atau translanguaging membuka jalan bagi simbolik sustainabilitas sosial. Karena selama ini, sustainabilitas sosial lebih dikaji di dunia The Global North, dan dikaitkan dengan daya dukung ekonomi serta lingkungan pada suatu negara.

“Namun yang sering terlupakan, bahwa daya dukung ekonomi dan lingkungan tersebut tidak berarti apa-apa jika tidak terjadi kestabilan sosial,” tuturnya.

Hal ini terbukti dalam penelitiannya tahun 2023, pada masyarakat transmigran pulau Sumbawa yang merupakan salah satu dari The Global South. Hasilnya, menunjukkan bahwa kemampuan berbicara dalam bahasa etnis dan bahasa lokal, bahasa campuran-lokal, dan bahasa nasional memungkinkan penutur berpindah dari satu bahasa ke bahasa lain.

“Serta, menciptakan hubungan sosial yang solidier dan harmonis sehingga tercipta secara simbolis susitanbailitas sosial,” tutup Prof. Kamaludin Yusra.

Profil Prof. Kamaludin Yusra

Prof. Kamaludin Yusra
Rektor Unram, Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo (kiri) memberikan selamat kepada Prof. Kamaludin Yusra menjadi Guru Besar Tetap Unram, Selasa, 10 September 2024. Foto: Zhafran Zibral

Sebagai informasi, Prof. Kamaludin Yusra menjadi Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unram sejak 1994. Ia menjadi Dosen Prodi S1 dan S2 Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unram hingga sekarang.

Kemudian, sempat menjadi Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unram 2009-2012. Lalu, Sekretaris Prodi S2 Pendidikan Bahasa Inggris Program Pascasarjana Unram 2012-2016 dan 2016-2020. 

Pria kelahiran Bima itu meraih gelar Sarjana di FKIP Unram tahun 1991, Master di Macquarie University, Sydney, Australia tahun 1998. Serta, gelar Doktor di Sydney University, Sydney, Australia tahun 2006.

Sebagai akademisi, Prof. Kamaludin Yusra telah mempublikasikan 12 artikel pada jurnal terakreditasi SINTA. Kemudian, 24 artikel pada jurnal internasional, 12 artikel di jurnal internasional bereputasi, dan 24 artikel prosiding seminar nasional/internasional.

Sementara untuk pengabdian masyarakat, sebanyak 18 kegiatan. Lalu, pada bidang penelitian sebanyak 47 judul penelitian. Terakhir, ia telah menuliskan 78 karya tulis lainnya dan menerbitkan 4 buku. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button