Lombok Timur (NTBSatu) – Aktivis mahasiswa dari sejumlah aliansi mendemo kantor Bupati Lombok Timur pada Kamis, 25 Juli 2024 siang. Mereka mendemo imbas meninggalnya seorang bocah berusia tujuh tahun bernama Khairul Hadi di RSUD Soedjono belum lama ini.
Korban diduga meninggal tanpa mendapat penanganan serius lantaran terganjal administrasi dan biaya.
Para aktivis mahasiswa mendesak Pj Bupati Lombok Timur, M Juaini Taofik mendepak dr. Hasbi Santoso dari jabatannya sebagai Dirut RSUD Soedjono Selong. Menurut aktivis, orientasi RSUD Soedjono Selong saat ini telah keluar dari fungsi rumah sakit yang semestinya.
“Kami mendesak untuk copot Direktur RSUD Soedjono Selong. Juga bubarkan dewan pengawas, Mereka ini lebih mementingkan bisnis daripada fungsi sosial dan ini tidak bisa terus terjadi,” ungkap Koordinator Aksi, Samsul Hadi.
Sementara, Sekretaris Daerah (Sekda) Lombok Timur, Hasni datang menemui massa aksi dan bersikukuh bahwa kematian Khairul Wardi lantaran persoalan miskomunikasi belaka. Ia mengaku tidak bisa begitu saja mencopot jabatan seseorang tanpa pertimbangan yang komprehensif.
“Pihak rumah sakit hanya menjalankan prosedur. Kami juga tidak bisa melakukan pencopotan dengan begitu saja,” ucap Hasni.
Baca juga: Ombudsman Atensi Potensi Maladministrasi RSUD Soedjono Terkait Bocah Meninggal
Cerita soal Khairul Wardi
Sebelumnya, Khairul Wardi meregang nyawa setelah pengobatannya terganjal biaya pada Kamis, 18 Juli 2024 malam.
Kepala Desa Kembang Kerang, Yahya Putra mengungkapkan, korban yang mengidap sakit di bagian kepala dibawa oleh keluarganya untuk melakukan pemeriksaan. Namun, pihak rumah sakit justru meminta pembayaran terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan kepada korban, nilainya mencapai Rp1 juta.
Keluarga korban yang sedang tidak punya uang pun meminta pertolongan kepada Yahya agar segera mendapat penanganan.
Nahasnya, saat Yahya tiba membantu, kondisi korban telah kritis, bahkan sempat mengalami kejang. Nyawa korban pun tidak dapat terselamatkan.
“Saya bingung, kok, begitu cara mereka (rumah sakit, red). Jangan mereka cari biaya dulu kalau memang penanganannya harus cepat untuk mengetahui penyakitnya segera. Karena anak ini sangat kritis dan kejang-kejang, harus tahu cepat penyakitnya,” ketus Yahya.
RSUD Soedjono, Selong, Lombok Timur. Foto: Istimewa
Yahya mengaku kecewa dengan pelayanan RSUD Soedjono yang lebih mementingkan uang dan dokumen administrasi ketimbang nyawa manusia. Ia melihat kesedihan dan kekecewaan mendalam juga sangat tampak dari wajah pihak keluarga.
Lebih lanjut, Yahya mengatakan, ia dan keluarga korban tidak kuasa membendung air mata menyaksikan anak sekecil itu meninggal dalam kondisi lelah kesakitan.
“Saya tidak kuasa menahan tangis melihat anak itu lelah kesakitan. Sehingga, saya sangat merasa kecewa dengan pelayanan rumah sakit itu,” tandas Yahya.