Mataram (NTBSatu) – Proyek perbaikan infrastruktur jalan di tiga lokasi di Kota Mataram sedang dikerjakan sejak 15 Mei 2024 dengan target pengerjaan selama empat bulan. Namun proyek ini menuai keluhan dari masyarakat yang merasa terganggu dengan lambatnya proses pengerjaan.
Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram, Lale Widiahning molornya pengerjaan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perbaikan saluran air dan pelebaran jalan.
“Memang ada beberapa faktor yang menyebabkan pengerjaan molor, seperti perbaikan saluran air dan pelebaran jalan,” ujar Lale.
Proses perbaikan saluran air membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pengaspalan jalan. Hal ini karena perlu dilakukan penggalian yang lebih dalam dan pemasangan pipa baru.
“Kalau aspal sehari bisa selesai, tapi untuk infrastruktur lain seperti saluran air, kita perlu perhatikan beberapa hal seperti bahannya, sisi kanan kiri badan jalan, dan lain sebagainya,” jelasnya
Pelebaran jalan di beberapa lokasi seperti Jalan Swasembada, Jalan Umar Maya Cakranegara dan Jalan Batu Bolong. Perbaikan jalan tersebut juga membutuhkan waktu yang lebih lama karena perlu dilakukan pemindahan pohon dan penggusuran bangunan.
Berita Terkini:
- Anggota DPRD NTB Soroti IUP 18.500 Hektare Milik Prajogo: Tak Bermanfaat Bagi Masyarakat Lokal
- Pj. Gubernur NTB Dampingi Wamendagri Serahkan KTP untuk Siswa SMAN 1 Mataram Berumur 17 Tahun
- Pj. Gubernur Dampingi Wamendagri Bima Arya Kunjungi IPDN Kampus NTB
- Ekonomi NTB Alami Pertumbuhan dari Tahun ke Tahun
- Debat Kedua Pilgub NTB Bahas Pengembangan Potensi Daerah
“Seperti di Jalan Swadaya, karena di sana banyak pohon jadi kami harus memotong pohon, karena kita melakukan pelebaran dan persiapan itu yang buat lama,” tambah Lale
Masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi proyek mengeluhkan lambatnya pengerjaan yang menyebabkan kemacetan dan debu.
“Saya sering terjebak macet saat pulang pergi kerja karena pengerjaan jalan ini,” kata seorang warga.
Selain itu, debu yang berterbangan dari proyek juga membuat warga merasa tidak nyaman.
“Debu dari proyek ini sangat mengganggu, terutama untuk anak-anak yang sering bermain di luar rumah,” tambahnya. (WIL)