Mataram (NTBSatu) – Sejumlah siswa SDN 26 Cakranegara, Kota Mataram harus melaksanakan kegiatan belajar mengajar di berugak, musala, dan ruang guru. Hal ini akibat kapasitas siswa yang terlalu overload, yakni 443 dengan jumlah rombongan belajar (rombel) 15, sementara ruang kelas hanya 10.
Kepala SDN 26 Cakranegara, Mugiya yang ditemui NTBSatu mengatakan, ini terjadi karena sekolah yang dipimpinnya itu hanya satu-satunya SD yang ada di Kelurahan Dasan Cermen. Berbeda dengan kelurahan lain di Kota Mataram yang mencapai tiga sampai lima SD dalam satu kelurahan.
“Kita di Dasan Cermen hanya ada satu SD saja, beda dengan Kelurahan Pagutan, Abian Tubuh yang ada beberapa sekolah di sana, ditambah Madrasah,” jelasnya, Jumat, 22 Maret 2024.
Sehingga setiap Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) terutama jalur Zonasi, ketika ada yang mendaftar dan memiliki keterangan berdomisili di Kelurahan Dasan Cermen diterima.
“Kuota dari Dinas Pendidikan Kota Mataram yang hanya dua rombel sebanyak 56 siswa, menjadi 66 siswa saat PPDB tahun lalu. Dua tahun sebelumnya, 79 siswa,” ujar Mugi, sapaan akrabnya.
Berita Terkini:
- Anggota DPRD NTB Soroti IUP 18.500 Hektare Milik Prajogo: Tak Bermanfaat Bagi Masyarakat Lokal
- Pj. Gubernur NTB Dampingi Wamendagri Serahkan KTP untuk Siswa SMAN 1 Mataram Berumur 17 Tahun
- Pj. Gubernur Dampingi Wamendagri Bima Arya Kunjungi IPDN Kampus NTB
- Ekonomi NTB Alami Pertumbuhan dari Tahun ke Tahun
Ketika jumlah siswa yang mendaftar telah melewati kuota yang ditentukan, dirinya langsung melaporkan ke Dinas Pendidikan Kota Mataram waktu itu.
“Hanya saja kami tetap diminta untuk menerimanya, karena mengingat pesan Almarhum Wali Kota Mataram, H. Moh. Ruslan, kalau anak-anak usia SD wajib diterima sekolah di Kota Mataram,” lanjutnya.
Awalnya dirinya tidak yakin akan optimal kegiatan pembelajaran bila menerima siswa melebihi kuota, beberapa siswa diminta beralih ke SD di Kelurahan Abian Tubuh.
“Namun orang tua siswa tidak mau, dengan alasan kakaknya pernah sekolah di sini dan orang tuanya alumni sini. Jadi mau tidak mau saya tetap terima, dengan konsekuensi ada kelas yang tidak punya ruangan,” tambah Mugi.
Ia mengungkapkan, kalau sebenarnya saat pertama masuk sekolah di semester kemarin semua tingkatan kelas memiliki ruangan dengan menggunakan sistem sif, masuk pagi dan siang.