Mataram (NTBSatu) – Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Tuan Guru Bajang (TGB) H. Muhammad Zainul Majdi mengibaratkan Pemilu 2024 seperti arena tinju.
Duel antar petinju tidak seimbang. Sehingga salah satunya babak belur dihajar meski wasit sudah memberi peringatan.
“Suka tidak suka secara faktual Pemilu kita ini sudah babak belur,” ujarnya di Media Centre TPN Ganjar-Mahfud Rabu, 7 Februari 2024.
“Kalau orang lagi main tinju, ini sudah dapat double jab atau double uppercut,” sambungnya.
Uppercut pertama itu adalah keputusan MKMK. Hasil putusan ini, kontan memberhentikan Ketua MK, H. Anwar Usman karena pelanggaran etika berat akibat putusannya meloloskan pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres.
Berita Terkini:
- Anggota DPRD NTB Soroti IUP 18.500 Hektare Milik Prajogo: Tak Bermanfaat Bagi Masyarakat Lokal
- Pj. Gubernur NTB Dampingi Wamendagri Serahkan KTP untuk Siswa SMAN 1 Mataram Berumur 17 Tahun
- Pj. Gubernur Dampingi Wamendagri Bima Arya Kunjungi IPDN Kampus NTB
- Ekonomi NTB Alami Pertumbuhan dari Tahun ke Tahun
Lalu yang kedua menurut Gubernur NTB Periode 2008-2018 itu, terkait keputusan DKPP untuk memberikan peringatan terakhir, bukan hanya kepada ketua KPU tetapi juga kepada komisioner KPU. Bahkan diberikan peringatan karena ada pelanggaran etika. Juga disebabkan pencalonan Keponakannya, Gibran.
“Jadi Pemilu kita ini sudah babak belur, kalau kita bicara dalam tatanan nilai,” tegasnya kembali.
Untuk itu, ia bersama dengan seluruh Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud akan terus mengajak seluruh elemen, dalam menyelamatkan tatanan demokrasi yang telah hancur lebur saat ini.
“Karena itu kami di TPN mengajak kita semua untuk menyelamatkan yang tersisa,” ucapnya.
Karena itu, ia pun menyambut baik sejumlah koalisi masyarakat yang bermunculan untuk memberikan kritik. Terlebih, baru-baru ini muncul mosi dan petisi yang dari sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia.
Namun ia menyayangkan ada anggapan suara kampus itu telah dipolitisasi.
“Suara dari kampus yang disuarakan guru besar sangat kredibel dianggap diorkestrasi, itu kami sangat sayangkan,” ungkapnya.
“Padahal itu keinginan Pemilu kita yang sudah babak belur itu terselamatkan,” tandasnya. (ADH)