Tradisi ini memiliki fungsi strategis yakni transmisi nilai-nilai ajaran Agama
Islam. Agar penikmat Bekayat dapat memahami pesan yang disampaikan.
Nyaer dilakukan pada malam hari, yakni sehabis shalat Isya. Ini bertujuan karena
setelah shalat Isya’ waktunya panjang/longgar dibandingkan seusai shalat Magrib.
Selain itu, Nyaer dilakukan pada malam hari karena dipercaya dapat membawa ketenangan bagi orang yang membaca dan mendengarkannya, sehingga dipercaya dapat membuka pintu hati dan petunjuk untuk mereka agar segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT.
Hikayat yang dibacakan pada saat Nyaer adalah kitab Nur Muhammad atau paling lazim yakni Kifayatul Muhtaj. Kitab ini menceritakan tentang kisah Peristiwa Isra’ Mi’raj, yang terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian.
Pada malam itu, Nabi Muhammad SAW melakukan Isra’ yakni perjalanan bersama Malaikat Jibril mulai dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsha di Palestina. Dari Masjidil Aqsha dilanjutkan Mi’raj, yakni naik ke langit menuju Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah Subhanawata’ala. Peristiwa dimana Nabi Muhammad SAW menerima perintah sholat lima kali dalam sehari.
Berita Terkini:
- Gubernur NTB Nilai Satgas PPKS di Ponpes tak Urgen, Aktivis Anak: Justru Itu yang Belum Ada
- PPATK Sebut Korupsi dan Narkotika Jadi Kejahatan Tertinggi Tindak Pidana Pencucian Uang
- Sidang Perdana Gugatan Mobil Esemka dan Ijazah Digelar Besok, Jokowi Bakal ke Vatikan?
- Hakim Jatuhkan Vonis Dua Terdakwa Korupsi KUR BSI Petani Porang
Dalam pelaksanaannya pembacaan Kitab Hikayat yang ditulis dalam Bahasa Indonesia / Melayu tapi ditulis dengan Huruf Arab, atau dikenal dengan istilah Arab Melayu ini biasanya dilakukan oleh dua orang.
Satu orang membacakan naskahnya dengan langgam yang merupakan perpaduan antara cengkok khas Melayu dan tembang Sasak, kemudian secara bersahutan satu orang menerjemahkannya ke dalam Bahasa Sasak.
Itulah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Lombok untuk memperingati Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. (SAT)