Mataram (NTBSatu) – Debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang berlangsung Minggu malam, 21 Januari 2024 kemarin menjadi perbincangan luas masyarakat.
Salah satu yang mencuat mengenai etika politik. Banyak yang menyoroti debat itu tidak banyak membicarakan substansi dari topik debat.
Justru banyak gimik dan gestur yang dianggap kurang beretika untuk sekelas Cawapres, untuk orang-orang yang harusnya memiliki jiwa kenegarawanan.
Berangkat dari itu, banyak dari kalangan akademisi, pakar, pengamat hingga mahasiswa turut memberikan pandangan dan komentar dari debat tersebut.
Termasuk kalangan aktivis yang tergabung dalam organisasi kemahasiswaan di NTB, turut memberikan pandangan dan penilaian terhadap etika para Cawapres itu dalam berpolitik.
Pertama dari Ketua Pengurus Wilayah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PW KAMMI) NTB, M. Amri Akbar berpandangan, sebagai bangsa dengan nilai ketimuran dalam forum-forum publik, ada standar-standar umum yang memang tidak secara tertulis.
Namun itu sudah menjadi kesepakatan bersama seperti nilai-nilai dan standar etik.
Lulusan Sarjana Teknik Universitas Mataram (Unram) itu mengatakan, memang dalam perdebatan, beradu gagasan sangat dekat dengan kesan saling menyerang.
Namun yang diadu itu adalah pikiran, ide, dan konsepnya. Ketika seseorang tidak setuju dengan argumentasi lawan debat maka dia harus menyampaikan antitesisnya dengan argumentasi yang logis dan rasional.
Baca Juga: Segini Jumlah Logistik Pemilu 2024 untuk Dalam Negeri dan Luar Negeri Serta Pengelolaannya
Dikaitkan dalam konteks debat Cawapres kemarin, Amri melihat, nampak kontras yang ada dari salah satu Cawapres, bukan mengadu gagasan. Malah lebih kepada menunjukkan sikap yang tidak semestinya ditunjukkan dalam forum yang akan melahirkan pemimpin bangsa.
“Menurut kami standar etika itu masih perlu terlebih dalam politik yang akan mengatur hajat hidup orang banyak,” kata Amri, pada Selasa, 23 Januari 2024.
Namun dalam hal ini, Amri tidak ingin menggeneralisir sikap yang ditunjukkan oleh salah seorang Cawapres itu murni gimik atau memang karena tidak paham tentang substansi pembahasan. Sehingga untuk memindahkan perhatian dan fokus publik tentang kapasitasnya dia membuat gimik tersebut.
“Itu sah-sah saja cuman tidak elok dan pas dalam forum penting dan tinggi seperti itu malah menunjukkan hal-hal yang tidak perlu dan pantas,” ungkapnya.
Tetapi menurut Amri, setiap calon pemimpin harusnya hadir dengan gagasan dan ide yang berkualitas. Pasalnya mereka adalah putra terbaik bangsa, sehingga ia berharap banyak ilmu dan inspirasi serta contoh-contoh baik yang dapat diambil selama mereka berjuang mendapatkan hati rakyat.
“Setidaknya dalam perkataan menjunjung etika politik dan politik moral harus menjadi keharusan bagi para Paslon,” terangnya.
Kedua, Ketua Pimpinan Daerah Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PD KMHDI) NTB, Ni Putu Virgi Eka Ayu Rasta, juga mengemukakan pandangannya.
Menurut Virgi, ajang debat yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), menjadi wadah Pasangan Calon (Paslon) untuk menyampaikan visi-misi dan gagasan.
Namun ironisnya, setiap debat yang digelar, khususnya debat Cawapres pada 21 Januari 2024 kemarin, dianggapnya minim gagasan dan penuh dengan gimik.
Baca Juga: Pemprov NTB Berupaya Wujudkan Nol Persen Kemiskinan Ekstrem di 2024