Mataram (NTBSatu) – Demam Berdarah Dangue (BDB) sudah menjadi penyakit umum atau kerap dialami oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya.
Di NTB sendiri, Dinas Kesehatan (Dikes) Provinsi NTB mencatat, jumlah kasus DBD sepanjang 2023 mencapai 3.447 kasus. Dengan jumlah yang meninggal dunia sebanyak 25 orang.
Kepala Dikes Provinsi NTB, Lalu Fikri Hamzi mengatakan, penyakit DBD umumnya disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
“Masyarakat NTB harus memerhatikan aspek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kemudian menjaga kebersihan lingkungan dan terpenting adalah menjaga kesehatan dari sisi fisik,” kata Fikri, pada Jumat, 19 Januari 2024.
Mantan Direktur RSUD Provinsi NTB itu menjelaskan, rata-rata kematian pasien DBD ini akibat Dengue Shock Syndrome (DSS). Merupakan suatu infeksi dengue yang ditandai dengan gangguan sirkulasi.
Berita Terkini:
- Polisi Tetapkan Sembilan Tersangka Dugaan Korupsi KUR BNI Kota Bima, Rugikan Negara Capai Rp39 Miliar
- Bangun Pemahaman Publik, STKIP Taman Siswa Bima Jelaskan Keterpisahan Insiden di Depan Kampus
- Belum Sebulan Menjabat, Wakapolda NTB Dimutasi Kapolri
- Profil Mendiang Paus Fransiskus dan Kenangan di Indonesia Pilih Naik Mobil Innova Zenix Ketimbang Alphard
Hal itu bisa terjadi, jika pasien mengalami panas dingin, muncul bintik hitam pada tubuhnya yang disertai mimisan tidak langsung mendapatkan perawatan medis.
“Karena itu, jika mengalami tubuh panas maka harus segera diberikan cairan infus untuk mengurangi kekurangan cairan,” jelasnya.
Namun sebaliknya, tak jarang masyarakat lebih suka menggunakan obat antibiotik ketika mengalami gejala serupa. Padahal, kata Fikri, hal itu merugikan pasien itu sendiri.
“Jadi sebaiknya menghubungi faskes terdekat ketika ada kasus panas yang terjadi tiba-tiba. Gejala DBD itu kan panas tiba-tiba kemudian gangguan pencernaan, bintik merah,” tutupnya. (MYM)