Mataram (NTBSatu) – Angka kekerasan seksual di NTB selama 2023 terbilang cukup tinggi yaitu 353 kasus yang terjadi di seluruh kabupaten/kota. Sementara lada bulan Januari 2024 ini, laporan kekerasan seksual sudah mencapai 24 kasus dan berpotensi meningkat.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan seksual, khususnya dalam lingkungan sekitar yaitu berkaitan dengan pola asuh dan kurangnya pendidikan tentang reproduksi.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak NTB Joko Jumadi melihat pendidikan khusus tentang reproduksi yang sistemik masih sangat minim, bahkan hampir tidak ada.
“Karena menurut beberapa masyarakat pendidikan reproduksi yang ada hanya sekilas lalu, bahkan bisa dibilang tidak ada,” ujarnya, Kamis 18 Januari 2024.
Joko menambahkan di ranah sekolah pun masih minim pendidikan reproduksi. Ia mengatakan anak SD saat ini sudah banyak yang mengalami menstruasi, akan tetapi mereka belum mendapatkan pendidikan yang memadai tentang reproduksi karena dianggap hal yang tabu.
Berita Terkini:
- Deretan Komoditas NTB Penyumbang Ekspor Agustus 2024 hingga Rp6,9 Triliun
- Haji Mo Dampingi Kapolda NTB Salurkan Bantuan kepada Masyarakat
- KPU Lombok Timur Bantah Ada Data Anomali di DPSHP Pilkada 2024
- Lampaui Target, Festival Mutiara Mataram Raup Transaksi hingga Rp2,3 Miliar
Joko menjelaskan masyarakat dan anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan reproduksi yang maksimal, akan lebih banyak belajar dan eksplor melalui gadget.
“Karena rasa penasaran, mereka cari sendiri tanpa di dampingi orang tua sehingga orang tua pun tidak mengetahui ada konten porno di gadget mereka,” jelasnya.
Hal tersebut yang menyebabkan kasus kekerasan seksual selalu meningkat tiap tahun. Joko melihat pelaku kekerasan seksual paling mendominasi dari teman, pacar dan lingkungan sekitar seperti tetangga.
“Karena dianggap hal yang tabu jadi semakin meningkatlah kasus ini tiap tahunnya, yang saya harapkan harus lebih utamakan pendidikan reproduksi diberikan sejak dini, dengan cara dan pola sesuai umur masing-masing,” harap Joko. (WIL)