Mataram (NTBSatu) – Rocky Gerung mengungkap motif politik di balik pencabutan laporan penghinaan terhadap Presiden Jokowi. Ia yakin, sikap PDIP bukan murni berpihak padanya.
“Jadi jangan bangga PDIP tarik laporan Rocky Gerung, bukan karena PDIP mengerti demokrasi, tetapi karena ada persaingan politik dengan Jokowi,” jelasnya pada Dialog Publik yang diadakan IMM Cabang Mataram pada Sabtu, 9 Desember 2023.
Padahal sebelumnya, PDIP ngotot akan mempidanakan Rocky.
Sebab dinilai merendahkan martabat Presiden dengan kalimat “baji***n tol*l“.
“Sekarang PDIP tarik laporannya, berarti PDIP setuju bahwa Presiden Jokowi Baji***n, kan itu logikanya kan,” tegasnya.
Berita Terkini:
- Ini 3 Waktu Terbaik untuk Beli dan Jual Emas Menurut Pakar, Ada Bocoran Bulan Krusial
- Dewan Soroti Pembentukan BUMD NTB Capital: Harus Berdampak untuk Masyarakat
- Bantah Pernyataan Pemkot Bima, Rafidin Tegaskan 28 Tambak Udang Tak Miliki IPAL
- 5 Ekor Sapi Mati di Pelabuhan Gili Mas, Sebagian Mulai Sakit, Antrean Truk Menumpuk
Dalam memposisikan sebagai orang yang mengkritik Presiden Jokowi, Rocky mengaku tidak mencaci Jokowi.
“Saya memilih untuk mencaci mencaci kebijakan Jokowi, bukan Jokowi ansich, tapi kebijakannya dia. Kenapa saya diperkarakan,? ” tanyanya.
“Kan itu hasil konsentrasi pikiran saya untuk memilih mencaci kebijakannya, kenapa mereka yang memuji-muji tidak diperkarakan?. Sama kan dua-duanya adalah pilihan fakultatif Anda, mau memuji atau Anda mau mencaci,” sambungnya.
Mencaci dan memuji merupakan dua hal yang sama, hasil dari konsentrasi pikiran terhadap kekuasaan.
“Mestinya saya juga laporin mereka yang muji-muji Jokowi karena itu pujian yang bohong,” ucapnya.
Pilihan mencaci itu merupakan fungsi intelektualnya sebagai akademisi. Suatu bentuk untuk mengontrol kekuasaan.
“Saya tidak pernah memilih Presiden tapi saya menguji Presiden. Itu fungsi dari intelektual, setelah menguji baru lakukan pilihan mau mencaci maki atau memuji,” tandasnya. (ADH)