Mataram (NTBSatu) – Perubahan iklim menyebabkan kondisi cuaca menjadi ekstrem. Seperti, ketika cuacanya panas, makan akan terasa panas sekali. Begitu juga saat hujan, hujannya pun menjadi sangat deras dari biasanya.
Akibat dari cuaca ekstrem tersebut, sangat berpotensi menimbulkan bencana. Kalau panasnya ekstrem, mengakibatkan terjadinya kekeringan. Kemudian, jika masuk musim hujan, potensi terjadi banjir dan angin puting beliung itu cukup tinggi. Bahkan, bisa memakan korban jiwa maupun korban properti, seperti rumah dan lahan rusak
Pengamat Lingkungan Universitas Mataram (Unram), Hilman Ahyadi, S.Si., M.Si., mengatakan, dampak terburuk dari perubahan iklim di NTB adalah kekeringan, banjir akibat air pasang laut, abrasi, hingga tenggelam.
Hal ini disebabkan kondisi geografis NTB yang termasuk Lesser Sunda, yaitu daerah pulau kecil sehingga sangat berpotensi terdampak buruk dari perubahan iklim.
“Namun, segala upaya antisipasi, mulai dari sosialisasi dan mitigasi sudah banyak dilakukan oleh pemerintah. Mulai dari penghijauan pesisir, perkotaan, hingga kawasan hutan agar mengurangi limpasan air permukaan dan tidak menyebabkan air tergenang serta banjir,” kata Hilman kepada NTBSatu, Jumat, 12 Januari 2024.
Berita Terkini:
- PKBI NTB: Bentuk Satgas PPKS, Batalkan Peleburan DP3AP2KB
- Terkendala Undangan, Mutasi Pejabat Pemprov NTB Sore ini Molor
- PKN Soroti Fraksi di DPRD NTB yang “Diamkan” Kisruh DAK
- Kasus Dosen di Mataram Diduga Cabuli Anak Kelas 5 SD Naik Penyidikan
Meski sudah melakukan antisipasi, Hilman menganggap peran yang dilakukan pemerintah daerah di NTB dalam memerangi perubahan iklim belum optimal. Pasalnya, dari sisi tata ruang dianggap sangat amburadul.
“Tata ruang terutama jalur hijau merupakan sangat penting. Karena bisa dilihat sekarang ini, wilayah Lombok Barat dan Kota Mataram yang tadinya sebagai daerah tangkapan air, sudah hilang,” ungkapnya.