Daerah NTB

Kisah 500 Pekerja Gantungkan Hidup di TPST Kebon Kongok

“Komposisi tenaga kerja kami yang di TPST itu saja sebanyak 96 persen berasal dari lingkar TPA, Hanya yang tidak ada di sini yang kami ambil dari luar, contoh tenaga teknik lingkungan, tenaga keuangan, itu saja yang kami ambil dari luar, pokoknya selama masih ada di lingkar TPA ya sudah kami ngambilnya dari sini,” katanya.

TPST ini, kata Ahmad, memiliki kontribusi yang besar bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar. Karena sebagian besar masyarakat di Desa Suka Makmur bekerja di TPST ini.

“Besar, pak Insyaallah. Bisa ditanya ke teman-teman itu, dan juga mungkin itu juga yang mengangkat hajat hidup mereka di desa Suka Makmur ini,” ujarnya.

Berdasarkan hipotesisnya, jika dihitung dari semua dusun yang ada di Desa Suka Makmur, yang paling banyak ASN nya adalah masyarakat Kebun Kongok, karena mereka bekerja di sektor persampahan. Jadi, ada keuntungan bagi mereka dengan keberadaan TPST ini.

Berita Terkini:

“Ini baru yang di bawahnya Pemprov ini, belum lagi driver-driver yang dari Kota Mataram dan Lombok Barat kan banyak juga yang orang dari sini di sekitar TPA ini,” ujarnya.

Sementara itu, untuk pemulung mereka mengumpulkan sampah dan biasanya mereka menjualnya di pengepul lapak di sekitar tempat tersebut.

Dikatakannya, sistem kerja di sana saling menguntungkan satu sama lain.

Jadi pemulung-pemulung ini kumpulkan sekitar 5 ton sampah sehari. Kemudian dijual ke pelapak-pelapak. Selanjutnya pelapak ada lagi punya pemilah, disitulah pemilah ini mendapat bayaran lagi dari pelapak-pelapak tersebut.

“Sebenarnya panjang rantainya itu bisa, di pelapak sendiri ada lagi pekerja mereka kan, jadi sudah berapa rantainya,” tutupnya. (MYM)

Laman sebelumnya 1 2 3

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button