Mataram (NTB Satu) – Banyaknya sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok, ternyata menjadi berkah tersendiri untuk sebagian orang.
Ya, mereka adalah pemulung yang setiap hari mengambil sampah-sampah di TPA Kebon Kongok, kemudian dikumpulkan dan dijual ke pengepul.
Para pemulung tersebut menggantungkan hidupnya di tempat yang menampung seluruh sampah di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat itu.
Berita Terkini:
- Kunker ke Surabaya, Komisi III DPRD NTB Nilai Perubahan Perda Penyertaan Modal Mendesak
- Diskursus Vol VI Overact Theatre, Menguak Sejarah Teater Kamar Indonesia
- Perjalanan Kepemilikan ANTV yang Kini Lakukan PHK Massal
- Sebelum Gubernur Terpilih Dilantik, Hassanudin akan Dievaluasi Kemendagri 9 Januari 2025
Salah satunya Inaq Lastri, wanita berusia 50 tahun ini sudah hampir 10 tahun menjadi pemulung.
Kehidupan ekonomi yang pas-pasan serta tak adanya lapangan pekerjaan memaksa Lastri harus memilih pekerjaan sebagai pemulung.
Dalam sehari ia mendapatkan penghasilan kurang lebih Rp50.000.
“Sehari paling banyak saya dapat Rp50.000,” Kata Lastri kepada NTB Satu, Minggu, 3 September 2023.
Dengan penghasilan di bawah rata-rata, Lastri harus bekerja dengan risiko tinggi. Ancaman penyakit dan racun setiap hari harus ia hadapi, bahkan bau tak sedap nyaris tak lagi ia rasakan.