Jamaluddin mengaku cukup intens melakukan kajian dan diskusi terkait dengan artefak-artefak Lombok yang masih berada di tangan Belanda. Komunitas pengkaji sejarah mengaku khawatir dengan keamanan harta karun tersebut setelah sampai di Indonesia, sehingga upaya untuk menjaganya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
“Kalaupun ada yang bilang barang itu diambil penjajah, dijarah mereka, pertanyaan saya, kenapa barang itu bisa aman di Belanda sampai hari ini sejak tahun 1894. Karena ternyata di Belanda, barang itu dilaporkan ke negara, diserahkan ke negara,” tuturnya.
Baca Juga:
- Pengiriman Sapi Pulau Sumbawa Diendus Ada Pungli, DPRD NTB Desak Lakukan Patroli
- Tanggapi Komisi IV Soal Optimalisasi Smelter, Amman Ajukan Perpanjangan Ekspor Konsentrat
- Cerita Unik di Balik Penunjukan Helmy Yahya dan Bossman Mardigu sebagai Komisaris Bank BJB
- Viral! Ibu-ibu Bercanda Bawa Bom di atas Pesawat Berujung Diturunkan – Terancam Penjara 8 Tahun
Dalam hal tertentu, Jamaluddin mengaku memberikan apresiasi terhadap Belanda yang telah merawat dengan baik manuskrip dan artefak milik bangsa Indonesia. Termasuk sekitar 6000 naskah yang mereka bawa dari Cakranegara usai peperangan masih banyak yang tersimpan di Belanda untuk kajian sejarah.
Menurutnya, semua artefak asal Lombok ini bisa menjadi lahan kajian untuk menulis sejarah. Para peneliti bisa merekonstruksi banyak hal misalnya teknologi kerajinan masyarakat Sasak di masa lampau.
“Dari tipologi, perhiasan benda, itu bisa kita jelaskan bagaimana teknologi, kaitannya dengan motif. Itu semua bisa dikaji. Sejak kapan orang-orang ini mengenal tradisi itu, itu bisa dilacak semua,” terangnya.