HEADLINE NEWSHukrim

Kasus Bunuh Diri Berujung Perusakan Polsek Kayangan: Korban Depresi Diduga Diperas Polisi

Lombok Utara (NTBSatu) – Kepergian Rizkil Watoni asal Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara meninggalkan luka bagi keluarga. Kematiannya pun disinyalir menjadi penyebab penyerangan sejumlah massa ke Mapolsek Kayangan pada Senin, 17 Maret 2025 malam.

Usai berjualan, Nasruddin datang ke rumah anaknya, Rizkil Watoni untuk mengajaknya berbuka puasa. Namun kejadian tak terduga menimpanya. Anak kedua dari dua bersaudara ditemukan meninggal dunia dalam keadaan gantung diri.

“Saya gedor pintu dari luar selama beberapa kali, panggil juga tidak menyahut. Saya akhirnya buka pintu pakai kunci serep,” katanya kepada NTBSatu di kediamannya Selasa, 18 Maret 2025.

Pantauan di TKP, tali yang Watoni gunakan untuk mengikat lehernya masih tergantung di atap rumah berbahan seng tersebut. Di tembok rumah terbuat dari triplek terlihat sebuah tulisan tangan bertuliskan “Kejujuran sudah tidak berguna”.

“Itu tulisan Ton (sapaan akrab korban),” jelas Nasruddin. Ia kemudian memanggil keluarga dan warga sekitar untuk mengevakuasi jenazah korban.

IKLAN

Kronologi Kejadian

Kematian PPPK di Dinas PUPR Lombok Utara itu bukan tanpa sebab. Keluarga menduga kuat bahwa ini berkaitan dengan pemerasan yang oknum kepolisian di Polsek Kayangan lakukan.

Nasruddin menceritakan hal tersebut. Kejadian bermula pada Jumat siang menjelang sore, 7 Maret 2025. Almarhum berbelanja di Alfamart Kayangan untuk membeli bahan-bahan jualan untuk berbuka puasa. Selain berbelanja almarhum juga melakukan penarikan uang.

Karena waktu mendekati sore hari, ia pun segera berangkat pulang. Saat itu tanpa sadar telah membawa handphone (hp) yang ada persis di depannya.

“Dia kira itu hp punya dia,” jelas ayah korban. Karena sama berwarna hitam di atas meja kasir.

Di perjalanan, tepatnya di seputaran Dusun Empak Mayong, telpon bergetar. Ada panggilan masuk, lalu ia mengangkatnya sebentar. Namun karena sedang mengendarai sepeda motor, Rizkil memutuskan panggilan telpon.

Ia berniat mengembalikan hp tersebut keesokan paginya ke Alfamart. Jika tidak, kemungkinan pada hari kerja, Senin.

Menurut Nasaruddin, sang anak melaksanakan rutinitasnya sebagai mana biasanya. Setelah berjualan takjil sore hari, berbuka dan salat magrib, salat isya dan tarawih berjamaah di Masjid Sengiang. Lalu berbincang-bincang di masjid Nurul Jihad Sultan Agung, Dusun Batu Jompang.

Hari yang sama, pukul 23.45 Wita, almarhum kemudian berangkat untuk mengembalikan hp ke pemiliknya di Alfamart. Pemilik bernama Raden Faozani pun telah menerima barang elektronik miliknya.

Berdamai dengan Pemilik HP

Selang 20 menit setelah Raden Faozani menerima hp-nya, polisi datang dan membawa almarhum untuk di melaksanakan BAP. Alasannya karena pemilik sebelumnya rupanya telah melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian.

Rizkil menceritakan kejadian tersebut kepada sang ayah. “Saya digeret dari Alfamart oleh polisi seakan-akan saya tertangkap tangan atau OTT. Padahal hp sudah saya serahkan ke pemilik hp,” kenang Nasruddin mengikuti ucapan anaknya.

Pukul 23.59 Wita, Kadus Sangiang dan Kadus Batu Jompang bersama beberapa warga berangkat ke Polsek Kayangan. Tujuannya melakukan perdampingan dan mediasi dengan pihak pemilik hp.

Mereka pun bersepakat berdamai saat malam itu juga secara lisan. Kemudian keesokan harinya secara tertulis. Yang menandatangani adalah Rizkil dan pemilik handphone.

“Ada surat perdamaian disepakati dan tandatangani,” ucap Nasrudin sembari menunjukkan bukti-bukti.

Kemudian kepala dusun pun melakukan mediasi dan konsultasi dengan Kapolsek Kayangan. Isinya, mereka bersedia memfasilitasi mekanisme restoratif justice. Persoalan almarhum hanya berjalan di tingkat polsek saja dan tidak akan ke Polres Lombok Utara.

Kemudian, Rizkil harus wajib lapor dan bisa menjalankan rutinitas sebagaimana biasanya. Berdasarkan keterangan anaknya, Nasruddin mengatakan, jika ia diperas oleh oknum kepolisian dan dipaksa mengaku menjadi pencuri.

“Saya lebih baik di penjara seumur hidup atau mati. Daripada harus mengakui sesuatu yang tidak saya lakukan seperti tuduhan itu,” kenang ayah mengikuti ucapan anaknya.

“Jadi anak saya telah dibunuh batinnya, pikirannya, psikologinya,” lanjut Nasruddin dengan nada tegas.

Penyerangan dan Perusakan Mapolsek Kayangan

Karena itulah muncul dugaan bahwa sejumlah warga melakukan penyerangan dan perusakan di Mapolsek Kayangan. Mereka menuding bahwa penyebab kematian pemuda yang dikenal baik, ramah, dan tulang punggung keluarga tersebut karena perbuatan oknum kepolisian.

Pihak Polsek Kayangan tak bersedia memberikan keterangan. Tanggapan datang dari Kabid Humas Polda NTB, Kombes Pol Mohammad Kholid. Kepolisian saat ini melakukan pendalaman.

“Sementara masih didalami penyebab kejadian,” katanya kepada NTBSatu via WhatsApp.

Menyinggung adanya dugaan pemerasan dan penekanan terhadap korban, Kabid Humas tak merespons. Pesan WhatsApp centang dua berwarna abu. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button