ADVERTORIAL

Minna Lombok Pottery, Unit Dagang Barang Hasil Daur Ulang

Mataram (NTB Satu) – Penggunaan bahan yang dapat didaur ulang disinyalir dapat menekan jumlah sampah. Kemudian, secara otomatis, menekan jumlah sampah dapat membuat cita-cita Pemerintah Provinsi (Pemprov) menjadi daerah bebas sampah dan bebas emisi pada tahun 2050 makin nyata untuk diraih.

Oleh karena itu, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB pada Gebyar Pilah Sampah turut mengundang Mina Lombok Pottery, sebuah unit dagang yang menyediakan produk-produk hasil daur ulang. Selain itu, setiap produk yang dihasilkan Minna Lombok Pottery juga dapat didaur ulang.

Pengelola Minna Lombok Pottery, Baiq Suci Febri mengatakan, ia bersama sang suami memiliki komunitas yang bernama Eco Flea Market. Komunitas tersebut aktif mendaur ulang sampah. Bahkan, Eco Flea Market dapat mengubah seluruh sampah yang didaur ulang menjadi sebuah produk kerajinan.

“Nah, salah satu anggota dari Eco Flea Market adalah Minna Lombok Pottery. Pada Gebyar Pilah Sampah, kami hadir untuk menjajakan produk hasil dari kerajinan Mina Lombok Pottery,” ungkap Febri, Selasa, 14 Februari 2023.

Minna Lombok Pottery berdiri sejak tahun 2015. Sebelumnya Minna Lombok Pottery bernama Banyu Urip Pottery. Namun, bersama sang suami, Febri memutuskan untuk mengganti nama tersebut menjadi Minna Lombok Pottery, sesuai dengan nama anak mereka. Mina Lombok Pottery bergerak pada bidang kerajinan gerabah yang berbahan dasar tanah liat.

“Sebenarnya, Minna Lombok Pottery merupakan usaha yang diwariskan oleh orang tua. Kemudian, kami memilih untuk melanjutkan usaha tersebut,” terang Febri.

Febri menceritakan, saat ini, telah terdapat banyak pihak yang bekerjasama dengan Minna Lombok Pottery, termasuk hotel dan restoran. Perlu diketahui, telah banyak hotel dan restaurant yang menggunakan tatakan, piring serta cangkir dari hasil kerajinan Minna Lombok Pottery. Artinya, telah terdapat banyak pihak yang terpantik untuk menggunakan produk-produk daur ulang.

“Untuk produk di Minna Lombok Pottery, kami mematok harga mulai dari Rp5.000 hingga Rp300.000. Pot kaktus adalah jenis produk yang paling rumah,” papar Febri.

Menurut Febri, telah terdapat banyak masyarakat yang mulai sadar soal penggunaan bahan-bahan yang aman dan ramah terhadap lingkungan, salah satunya adalah menggunakan gerabah. Selain aman untuk kesehatan, Febri menjelaskan, epenggunaan produk berbahan dasar gerabah akan menghasilkan nilai estetika yang tinggi.

Bagi Febri, untuk menghasilkan produk atau menggunakan produk yang ramah lingkungan, mesti dimulai dari diri sendiri. Karena bumi sudah mulai tua, Febri merasa bahwa masyarakat harus belajar mendaur ulang atau setidaknya membeli produk-produk yang dapat didaur ulang serta ramah lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk menekan jumlah sampah yang akan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

“Apabila di masa depan anak-anak mendapatkan warisan alam yang tidak baik, hal tersebut adalah buah dari masyarakat yang tidak bertanggungjawab soal tata kelola sampah. Maka dari itu, mari sama-sama membudidayakan mengelola sampah dari jarak yang paling dekat dengan diri sendiri, yaitu rumah,” tandas Febri.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Julmansyah S.Hut., M.Ap., mengatakan, Gebyar Pilah Sampah adalah edukasi untuk menguatkan pikiran tata kelola soal sampah yang dapat membuat NTB Bebas Emisi pada tahun 2050 makin nyata untuk diraih.

Selain itu, Gebyar Pilah Sampah adalah acara yang melibatkan pengunjung dalam skala yang banyak. Gelaran tersebut hendak memperlihatkan soal betapa beragamnya praktik-praktik pengelolaan sampah yang dapat menjadi strategi menyukseskan NTB Zero Waste.

“Di dalam acara ini, ada 40 pihak yang terlibat, yaitu komunitas, sekolah, dan kelompok yang memiliki strategi tersendiri untuk mengelola sampah di tempatnya masing-masing. Saya melihat bahwa 40 pihak tersebut telah dapat menjadikan sampah sebagai sumber daya utama untuk mencukupi kehidupan,” ungkap Julmansyah.

Julmansyah memilih banyak jenis tata kelola sampah agar masyarakat yang hadir dapat melihat dan meniru aneka jenis pengelolaan sampah yang ada di dalam Gebyar Pilah Sampah. Ia mengharapkan agar spirit mengenai sampah adalah sumber daya dapat ditularkan kepada masyarakat luas.

Disinggung mengenai keterlibatan siswa-siswi di Gebyar Pilah Sampah, Julmansyah menjawab, siswa-siswi yang hadir di dalam Gebyar Pilah Sampah kelak akan menjadi dewasa. Dengan pengetahuan yang benar soal tata kelola sampah, maka siswa-siswi tersebut akan menjadi orang tua yang dapat mengajarkan soal penanganan sampah yang baik di masa depan. Dinas LHK NTB telah mengarahkan agar siswa-siswi di NTB dapat bermitra dengan Bank Sampah yang ada di sekitar sekolahnya.

“Kami mengharapkan agar gerakan pemilahan sampah berbasis sekolah dapat menjadi hal yang baik dan ditiru oleh masyarakat NTB. Dengan melibatkan 3000 siswa-siswi, saya mengharapkan gaung dari Gebyar Pilah Sampah dapat menyebar hingga ke daerah yang paling jauh di NTB, atau daerah-daerah yang belum data mengikuti acara,” pungkas Julmansyah. (GSR)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button