Mataram (NTBSatu) – Tumpukan sampah di kawasan pariwisata tiga Gili Lombok Utara kian mengkhawatirkan. Pemkab menyebut, pelaku usaha menjadi penyumbang terbanyak.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lombok Utara, Rusdianto, menjelaskan pelaku usaha jasa wisata seperti hotel, restoran dan bar kerap menghasilkan tumpukan sampah. Lebih-lebih jika kunjungan wisatawan meningkat.
“Semakin tinggi tingkat kunjungan, tentu semakin besarnya timbunan sampah di lokasi tersebut,” jelasnya kepada NTBSatu tidak lama ini.
Dia mengaku, pihaknya belum memiliki peralatan dan fasilitas yang memadai untuk mengatasi timbunan sampah harian. Artinya, tumpukan yang masuk ke TPST setelah dipilah dan diolah masih meninggalkan sisa.
“Itu yang menyebabkan masih ada,” ungkapnya.
DLH Lombok Utara telah berkoordinasi dengan Balai Prasarana Pemukiman Wilayah dan Dinas Pariwisata Provinsi NTB terkait isu tersebut di kawasan pariwisata, khususnya di Gili Trawangan, Meno, Air (Tramena).
Adapun volume sampah saat masa ramai pengunjung atau high season sebanyak 18-20 ton. Sementara hari biasa berkisar 8 ton. Namun, kapasitas pengolahan hanya bisa mencapai 2 hingga 3 ton per hari.
Kondisi semakin parah dengan belum adanya regulasi pembatasan bekas plastik, sebagaimana yang berlaku di banyak kabupaten dan kota di NTB.
“Itu yang menjadi catatan kami ke depannya, harus ada regulasi yang tegas terkait pembatasan plastik,” tukasnya.
Terpisah, Bupati Lombok Utara, Djohan Sjamsu, mengakui kewalahan menangani produksi tumpukan sampah di wilayahnya, yang tergolong sangat besar.
“Sehari bisa mencapai belasan ton. Kami berikhtiar untuk menangani kasus ini,” ujar Djohan, Minggu, 25 Agustus 2024.
Menurut Djohan, jumlah tenaga kebersihan yang dimiliki Pemkab Lombok Utara tidak cukup untuk mengatasi permasalahan di tiga gili.
“Anggaran untuk menangani masalah ini juga cukup tinggi. Oleh karena itu, Kami perlu pihak ketiga untuk membantu mengelola sampah di kawasan tersebut,” tandasnya. (*)