Mataram (NTB Satu) – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sedang membangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terpadu (TPST) Kebon Kongok, Lombok Barat (Lobar). Ditargetkan bulan Maret 2023 ini, pabrik pengolahan sampah itu akan mulai komisioning atau uji coba penggunaan peralatan.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi NTB, Firmansyah S. Hut., M.Si mengatakan, TPST ini memiliki kapasitas input pengelolaan sekitar 120 ton sampah per hari, sehingga sampah yang dihasilkan oleh masyarakat menjadi barang dapat dimanfaatkan kembali, baik untuk energi, kompos dan lainnya.
“Dari kapasitas sampah yang masuk sekitar 120 ton per hari, sekitar 15 – 20 ton menjadi RDF yang menjadi bahan bakar co-firing di PLTU Jeranjang itu” kata Firmansyah Jumat 6 Januari 2023.
TPST memiliki mesin hanggar yang digunakan untuk memproses pemilahan sampah, mana sampah yang organik, anorganik dan residu. Setelah melalui proses pemilahan, selanjutnya sampah akan diarahkan ke beberapa jenis pengolahan. Ada sampah yang akan menjadi RDF, ada pula sampah yang menjadi kompos dan produk lainnya.
“Ada juga pengelolaan lindinya. Ada juga daur ulang dan sisanya dibawa ke landfill, makanya namanya landfill residu. Ini target komisioningnya bulan Maret 2023” ujarnya.
Saat ini proses pengolahan sampah di TPAR Kebon Kongok menjadi RDF/SRF masih dilakukan secara manual. Hasil pengelolaannya pun terbilang belum begitu besar yaitu 5 ton per bulan. RDF yang dihasilkan selanjutnya dibawa ke PLTU Jeranjang untuk dijadikan bahan bakar bersamaan dengan batubara melalui proses co-firing.
Pemprov NTB bersama dengan PLN memang memiliki MoU dan Perjanjian Kerjasama untuk pelaksanaan penelitian dan pengembangan (Litbang). Selain Litbang,Pemprov NTB juga nantinya akan memiliki kerjasama dalam hal komersialisasi untuk memastikan bahwa produk tersebut dibeli oleh PLTU Jeranjang sebagai pengguna.
Adapun anggaran untuk pembangunan TPST tersebut senilai Rp 30.552.000.000 yang diperoleh dari pinjaman dana bank dunia Indonesia Tourism Development Project (ITDP).(ZSF)