Mataram (NTB Satu) – Setelah Pemerintah Pusat resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), sejumlah nelayan di pesisir Pantai Ampenan, Kota Mataram merasa kesulitan untuk berlayar. Mereka harus mengeluarkan biaya lebih untuk kebutuhan bahan bakar di tengah minimnya hasil tangkap.
“Naiknya BBM ini, tidak berani kita ke laut. Hasil laut kadang-kadang dapat, kadang-kadang tidak dapat, ini kan buktinya tidak ada (hasil), (sedangkan) pengeluaran nambah,” ujar seorang nelayan dari Kelurahan Bintaro, Safwan, Sabtu, 10 Agustus 2022.
Dia mengaku, perahu miliknya kerap kali hanya terparkir di pinggir pantai, karena tidak ada biaya untuk membeli BBM. “Kalau satu hari tidak dapat (hasil), besoknya ndak kita pergi (melaut), mikir kita buat beli BBM,” keluhnya.
Hal serupa juga dirasakan nelayan lainnya, Irwan yang mengaku sangat dirugikan dengan kenaikan harga BBM tersebut. Sedangkan, harga ikan hasil tangkapannya tetap seperti semula, demi mendapatkan pembeli.
“Susah nelayan ini, biasanya Rp100 ribu dapat 13 liter (pertalite), sekarang cuma 10 liter. Hasil tangkapan sepi, harga ikan murah,” keluhnya.
Ia juga menuturkan, bahwa tidak hanya dirinya yang merasakan hal serupa, tetapi semua nelayan yang ada di barisan Pantai Ampenan.
Ditanya soal pembatasan jumlah pembelian BBM, ia mengaku masih diperbolehkan, dan tidak dijadikan masalah walaupun hanya diperbolehkan menggunakan jeriken kecil bervolume 10 liter. Hanya saja, tingginya harga BBM yang memberatkan mereka.
“Harapannya ya (harga BBM) diturunkan. Mending naiknya ke Rp8 ribu, tapi ini langsung Rp10 ribu,” harap Irwan. (RZK)