Mataram (NTB Satu) – Pemerhati kesehatan menyebut penyakit hepatitis akut cenderung biasa terjadi. Namun, pascapandemi Covid-19 menghantam dunia, timbul kecurigaan bahwa hepatitis akut misterius ini memiliki hubungan dengan Covid-19. Hal tersebut memang dimungkinkan terjadi.
Pemerhati kesehatan yang juga Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Prof. Dr. dr. Mulyanto, mengatakan, penyebab dari hepatitis akut belum diketahui. Oleh karena itu, cara penanganan pun belum diketahui. Namun, upaya pencegahan seperti mencegah penularan Covid-19 bisa dilakukan untuk mencegah hepatitis akut.
“Karena, kemungkinan besar penularan hepatitis akut disebabkan dari saluran pencernaan. Tetap cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak. Hal tersebut, sebaiknya dilakukan sampai nanti diketahui penyebab dari hepatitis akut,” ungkap Mulyanto, ditemui NTB Satu di Laboratorium Hepatika, Rabu, 25 Mei 2022.
Mulyanto membantah pernyataan bahwa hepatitis disebabkan oleh makanan. Sebab, hepatitis akut dapat tertular kepada orang di belahan dunia mana pun. Seperti yang diketahui, makanan per masing-masing negara cenderung berbeda.
Mulyanto mengungkapkan, telah berkoordinasi dengan beberapa rumah sakit. Apabila terdapat pasien dengan gejala hepatitis akut, disarankan segera melapor agar Mulyanto beserta tim cepat melakukan pergerakan.
“Kemungkinan besar, hepatitis akut disebabkan oleh virus atau sebuah aktivitas beragam yang dilakukan oleh dunia, misalnya vaksinasi. Tapi, sejauh ini, belum ada bukti-bukti bahwa hepatitis akut disebabkan oleh vaksinasi Covid-19 atau vaksinasi lain,” papar Kepala Laboratorium Hepatika ini.
Ke depannya, apabila di NTB terdapat pasien dengan penyakit hepatitis akut, Mulyanto menyarankan agar dilakukan upaya penanganan. Standar penanganan meliputi aktivitas penyembuhan yang biasa diterapkan oleh rumah sakit.
“Apabila kekurangan cairan, maka harus ditambah. Selain itu, apabila mengalami tendensi pendarahan, sebaiknya diberikan vitamin K terlebih dahulu. Kalau trombositnya turun, maka harus segera dilakukan penindakan,” saran Mulyanto.
Mulyanto menceritakan, telah melakukan berbagai penelitian mengenai Hepatitis di berbagai tempat. Misalnya, seperti Hepatitis, A, B, dan E. Rata-rata, Hepatitis disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat.
“Kami pernah meneliti Hepatitis E pada sungai di Kalimantan. Kami menemukan penyebabnya, yakni makanan dan minuman. Sebab, sebagian besar penduduk, menjadikan sungai sebagai sumber kehidupan, seperti minum, mandi, bahkan cuci kaki,” cerita mantan Rektor Universitas Mataram ini.
Hepatitis disebut cenderung dapat sembuh dengan sendirinya. Kecuali pada ibu hamil yang mengalami komplikasi. Bila sudah sebagian besar populasi manusia terpapar maka penyakit akan berhenti sendiri dikarenakan telah memiliki sistem kekebalan mumpuni. Mulyanto memberitahu, masyarakat Indonesia memang rentan terpapar Hepatitis A.
“Tahun 2006, di sekitar Jember kami periksa sampel, itu ternyata Hepatitis A. Waktu itu, selain Jember, kami ambil sampel dari Mataram, Denpasar, Makassar, dan Tangerang kemudian dibawa ke Jepang untuk diteliti,” kata Mulyanto.
Mulyanto menyarankan agar masyarakat tetap waspada dengan hepatitis akut. Protokol kesehatan harus tetap dipraktikkan. Sebab, menjaga kebersihan dan kehigienisan adalah upaya standar untuk sehat. Waspada diperbolehkan, asal jangan panik.
“Secara umum, penyakit yang gampang menyebar, biasanya gampang sembuh. Misalnya Hepatitis E di Pontianak. Sudah tertular hingga puluhan ribu, tapi kemudian sembuh sendiri dan kebal lalu menjadi Endemi,” pungkas Mulyanto. (GSR)