Mataram (NTB Satu) – Setelah mengalami jeda selama dua tahun, proyek kereta gantung di area Gunung Rinjani kembali berlanjut. Pengamat pariwisata sekaligus Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram, Halus Mandala menyarankan agar investor dan Pemerintah Provinsi NTB tidak perlu terburu-buru dalam menuntaskan proyek kereta gantung tersebut.
“Saya kira, investor dan pemerintah provinsi NTB perlu membuat kajian mendalam tentang pembangunan dan urgensi kereta gantung di area Gunung Rinjani. Kemudian, sampaikan hasil kajian tersebut ke masyarakat. Harus ada keterbukaan supaya masyarakat tidak merasa ditipu,” ungkap Halus, ditemui NTB Satu di ruang kerjanya, Senin, 25 April 2022.
Pembangunan kereta gantung hadir sebagai sebuah terobosan bagi pariwisata dalam penggunaan teknologi terkini. Namun, Halus mengingatkan, pemangku kebijakan perlu bermusyawarah dengan masyarakat sekitar agar tidak menghasilkan kesalahan persepsi.
“Teknologi merupakan aspek penting dalam pengembangan pariwisata. Namun, hal tersebut tentunya tidak bisa langsung diterima oleh masyarakat. Menurut saya, yang paling penting adalah penerimaan masyarakat,” ujar Halus.
Halus menegaskan, pariwisata bukan hanya milik pemerintah dan investor. Posisi masyarakat lokal dalam kemajuan pariwisata merupakan hal yang sangat penting.
“Pariwisata itu hadir untuk masyarakat, oleh masyarakat, serta dari masyarakat. Hal tersebut tidak boleh dilupakan. Lalu, pada esensinya, pariwisata itu bukanlah untuk kepentingan pemerintah,” tegas Halus.
Lebih lanjut, Halus menyoroti langkah pemerintah yang terus berpikir kreatif mengembangkan pariwisata sebagai tindakan mulia. Namun, masyarakat juga perlu diberi edukasi.
“Sebaiknya dipertimbangkan tentang posisi perkembangan pariwisata serta posisi masyarakat lokal. Sebab, pemerintah tidak boleh memaksakan kehendak dengan dalih kebijakan semata. Lakukan negosiasi dan ajaklah masyarakat bicara. Maka, saya yakin bakal menemukan jalan yang terbaik,” papar Halus.
Menurutnya, salah satu risiko dari pembangunan kereta gantung di area Gunung Rinjani adalah tergesernya nilai serta kearifan lokal masyarakat. Oleh karena itu, investor dan pemerintah provinsi NTB perlu menyiapkan langkah-langkah yang tepat.
“Kalau proyek kereta gantung ini belum jelas, takutnya akan menimbulkan kekhawatiran tentang bergesernya nilai-nilai masyarakat lokal. Lalu, jika hal tersebut tidak diperhatikan, saya kira itu adalah keputusan yang buruk,” tutur Halus.
Tidak menutup kemungkinan, pembangunan kereta gantung bakal mempengaruhi daya tarik wisatawan. Namun, Halus memaparkan, permasalahan pariwisata bukan hanya soal ekonomi.
“Segala hal kalau dipaksakan itu pasti tidaklah bagus. Namun, jika sudah mengalami proses penerimaan, pasti itu akan bagus. Saya menilai kereta gantung ini sebagai sebuah kemajuan pariwisata. Tetapi, pembangunan dan pemberdayaannya harus disosialisasikan dengan baik. Jangan sombong sebab punya kuasa, akhirnya bisa memperdaya masyarakat,” pungkas Halus.
Saat ini, proyek tersebut sedang menempuh proses perancangan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) dan perancangan Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman antara Pemprov NTB dengan investor.
Investor yang akan mendanai proyek tersebut berasal dari Tiongkok, dengan nilai investasi diprediksi mencapai ratusan miliar rupiah dengan skema Penanaman Modal Asing (PMA). (GSR)