Mataram (NTB Satu) – Kemampuan membaca atau literasi dan kemampuan berhitung atau numerasi siswa SMA/SMK sederajat di NTB berada di bawah kompetensi minimum. Hasil itu berdasarkan rapor pendidikan yang merupakan kesimpulan asesmen nasional 2021. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB menyebutkan, hasil rapor pendidikan 2021 yang kurang memuaskan disebabkan sistem pembelajaran di masa pandemi yang berubah-ubah.
Kepala Dinas Dikbud NTB, Dr. H. Aidy Furqan M.Pd., mengatakan, sistem pembelajaran di kala pandemi Covid-19 yang cenderung berubah-ubah mengakibatkan mental belajar siswa turut terganggu. Selain itu, pergeseran media pembelajaran dari non-digital menuju digital juga berperan signifikan mempengaruhi hasil rapor pendidikan.
“Hasil tersebut (Rapor Pendidikan tahun 2021) diukur ketika masa pendidikan kami tidak normal,” ungkap Aidy, ditemui NTB Satu, Senin 11 April 2022.
Lebih lanjut, Aidy menjelaskan, di era pembelajaran yang kini cenderung memanfaatkan peran teknologi, turut membuat pengertian hasil luaran literasi berubah. Dahulunya, hasil luaran literasi hanya sebatas kemampuan menulis dan membaca. Kini, hasil luaran tersebut berkembang menjadi literasi elektronik, kecakapan dalam memanfaatkan aspek teknologi dalam proses membaca dan menulis.
“Selain itu, sekarang ada literasi ekonomi, literasi kebudayaan, literasi teknologi dan sebagainya. Lalu, aspek mana yang dipakai oleh Kemdikbudristek dalam proses penilaian? Saya belum terlalu mendalami,” ujar Aidy.
Selanjutnya, terkait numerasi, tidak bisa lepas dari aspek sains dan matematika. Mengenai nilai numerasi yang masih di bawah kompetensi minimum, Aidy menilai bukan karena peserta didik tidak belajar, hanya saja, torehan hasil memang belum maksimal.
“Saya rasa, peserta didik dan guru telah melakukan hal terbaik yang bisa dilakukan. Tapi, semua hal tentu punya batasan,” kata Aidy.
Aidy menyebutkan, proses evaluasi terhadap nilai literasi dan numerasi yang masih di bawah kompetensi minimum akan terus dilakukan. Pihaknya akan menelaah terlebih dahulu indikator-indikator yang menjadi ukuran penilaian rapor pendidikan tahun 2021.
“Kami akan membangun strategi untuk memperkuat kembali kemampuan literasi dan numerasi dengan program-program yang strategis. Saya menyadari, kemampuan literasi elektronik kami memang belum mencapai standar. Oleh karena itu, kami akan buatkan tema-tema pembelajaran yang lebih menarik lagi bagi anak-anak untuk memperkuat kualitas pendidikan NTB,” pungkas Aidy.
Untuk diketahui, komponen asesmen nasional terdiri dari Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), survei karakter, dan survei lingkungan belajar. Untuk AKM terdiri dari literasi dan numerasi. Survei karakter terdiri dari enam sub topik yang akan disurvei. Diharapkan dari hasil survei karakter akan keluar sebuah paradigma profil pelajar yang disebut profil pelajar Pancasila. Sementara, survei lingkungan belajar, berupa survei kondisi belajar, metode belajar, dan lainnya.
Terkait asesmen nasional, semua sekolah wajib ikut, baik sekolah negeri maupun swasta. Sementara yang akan dipilih acak yaitu siswa sebagai peserta asesmen. Siswa yang ikut berasal dari kelas V, VIII, dan XI. Untuk jenjang SMP dan SMA sederajat, sebanyak 45 orang siswa dipilih mengikuti asesmen nasional. Sedangkan untuk jenjang SD, sebanyak 30 orang mengikuti asesmen nasional. (GSR)