Mataram (NTB Satu) – Gunung Rinjani pernah erupsi tahun 2015 dan 2016 lalu. Tidak hanya berdampak ditutupnya jalur pendakian, tapi penerbangan di sejumlah Bandara internasional, termasuk Bandara Zainuddin Abdul Madjid Lombok ditutup.
Sampai saat ini, keadaan vulkanik di Rinjani belum stabil, sehingga setiap saat bisa terjadi erupsi dan masyarakat diimbau tetap waspada.
Sejak letusan tanggal 20 Oktober 2015 itu, status Rinjani pada waspada level 2. Setelah erupsi mereda, status belum diturunkan menjadi level normal dan tetap pada waspada level 2 hingga hari ini.
“Sejak erupsi 2015, status Rinjani masih waspada (level II),” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Rinjani, Nizwaril Hamdi, A.Md menjawab ntbsatu.com, Selasa 7 Desember 2021.
Rinjani diketahui meletus lagi tanggal 27 September 2016 Pukul 14.45 Wita. Tinggi letusan mencapai 2.000 meter dengan amplitude 55 milimeter. Erupsi kali ini berdampak dilakukan evakuasi 136 pendaki mancanegara dan 18 pendaki domestik.
Sementara berdasarkan data visual terbaru 6 Desember 2021 yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui PGA Rinjani, kabut tipis menyelimuti puncak Rinjani dan kadang kadang kabut menyelimuti Gunung Baru Jari.
Kemudian data kegempaan tercatat satu kali dengan frekwensi rendah, tercatat amplitudo 4 mm, Durasi 65 detik. Terjadi juga tektonik lokal dengan intensitas 1 Amplitudo, 9 mm, S-P 2 detik, durasi rata rata 24 detik. Tektonik jauh, tercatat 7 kali dengan amplitudo 4-60 mm, S-P antara 12 – 26 detik dengan durasi 95 – 290 detik.
Aktivitas vulkanik G. Rinjani masih belum dalam keadaan sepenuhnya stabil sehingga masih memiliki potensi untuk terjadi letusan secara tiba-tiba meskipun tidak dapat dipastikan kejadiannya.
“Dengan kondisi aktivitas seperti saat ini maka jika terjadi letusan, potensi bahayanya diperkirakan utamanya berada di area tubuh Gunung Barujari yang berada di dalam Kaldera Gunung Rinjani,” jelas Nizwaril Hamdi. (HAK)