Lombok Timur (NTBSatu) – Warganet NTB menyoroti tajam insiden memilukan yang terjadi di Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur. Seorang ibu muda asal Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Yuliana (20), terpaksa membawa pulang jenazah bayinya menggunakan taksi online karena tidak sanggup membayar biaya ambulans sebesar Rp2,6 juta.
Jenazah bayi yang lahir prematur itu rencananya akan diseberangkan ke Poto Tano. Peristiwa tersebut menjadi viral, usai sejumlah penumpang kapal menyaksikan rombongan TNI AL mendatangi mobil yang membawa jenazah.
Netizen mengunggah video penuh haru di media sosial dan menyebut, tindakan aparat sangat membantu di tengah situasi krisis.
Menurut informasi, bayi tersebut lahir di RSUD Provinsi NTB pada Minggu, 6 April 2025, dengan usia kehamilan 24 minggu 5 hari. Pihak rumah sakit menyatakan, bayi mengalami Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR).
Tim medis melakukan tindakan terminasi dan menyerahkan jenazah kepada Instalasi Forensik untuk proses pemulasaran.
Klarifikasi RSUD NTB
Direktur RSUD Provinsi NTB, dr. Lalu Herman Mahaputra mengonfirmasi, pihaknya sebenarnya telah mencoba mencari solusi untuk pemulangan jenazah.
“Petugas forensik sudah berkoordinasi dengan Manajer Pelayanan Pasien (MPP). Namun, pihak keluarga memilih pulang lebih dulu karena khawatir jenazah mengeluarkan bau,” jelasnya dalam pernyataan resmi.
RSUD NTB juga menegaskan, biaya pemulangan jenazah memang tidak mendapat tanggungan dari BPJS, sehingga menjadi tanggung jawab keluarga.
Meski demikian, dalam dua bulan terakhir, rumah sakit telah membantu lima kasus serupa menggunakan dana sosial. Termasuk pasien dari Bima, Dompu, dan Lombok Tengah.
Kejadian ini pertama kali terungkap saat petugas Polsek Kayangan memeriksa kendaraan yang hendak menyeberang di pelabuhan. Polisi mendapati sang nenek sedang menggendong jenazah bayi.
Mengetahui kondisi tersebut, petugas langsung berkoordinasi dan akhirnya memfasilitasi pemulangan menggunakan ambulans Puskesmas Labuhan Lombok.
“Jenazah bayi korban akhirnya kami bantu menggunakan ambulans dari Puskesmas Labuhan Lombok,” kata Kasi Humas Polres Lombok Timur, AKP Nikolas Oesman.
Minta Gubernur dan Bupati Bertanggung Jawab
Insiden ini memicu gelombang empati dari netizen dan kritik terhadap pemerintah daerah. Warganet menyoroti mahalnya biaya ambulans dan mempertanyakan peran pemerintah dalam memastikan akses layanan kesehatan dasar.
“Kaget banget kemarin sore pas di atas kapal tiba-tiba disamperin sama TNI AL. Setelah saya dengar, ternyata ibu asal KSB bawa bayinya nyebrang dengan keadaan sudah meninggal dunia. Ternyata beliau gak mampu buat bayar ambulans. Seketika hati langsung menangis,” tulis pengguna Facebook Nurul Fadillah dengan emoji menangis.
Beberapa komentar juga menyarankan Pemerintah KSB mempercepat peningkatan kualitas RS setempat. Agar pasien tidak harus dirujuk ke Pulau Lombok.
“Pemerintah kabupaten dan provinsi ke mana? Masih sibuk halal bi halal ya, sehingga masyarakatnya gak diperhatikan. Gubernur dan Bupati KSB harus bertanggung jawab atas kejadian ini,” jawab netizen lain.
Netizen juga menilai bahwa dengan dukungan anggaran besar serta dana hibah dari AMMAN Mineral, Pemkab Sumbawa Barat seharusnya bisa menyediakan layanan ambulans gratis atau bersubsidi bagi warga miskin.
Mereka meminta Gubernur NTB dan Bupati KSB bertanggung jawab, serta memperbaiki sistem rujukan serta pembiayaan kesehatan masyarakat. (*)