Kota Bima (NTBSatu) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima mencatat, sebanyak 1.524 Kepala Keluarga (KK) atau 6.905 jiwa masyarakat terdampak kekeringan. Hal itu merupakan dampak dari musim kemarau yang berkepanjangan di daerah itu.
“Jumlah terdampak tersebut tersebar di 13 Kecamatan dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Bima,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Bima, Nurul Huda, kepada NTBSatu, Selasa, 30 Juli 2024.
Sementara hasil pemetaan BPBD Kabupaten Bima, sebanyak 23.716 jiwa atau 5.838 KK berpotensi terdampak bencana kekeringan pada 2024.
“Terjadi pada 45 desa dari 13 kecamatan dan tersebar di 129 titik,” ujarnya.
Sejumlah masyarakat terdampak krisis air bersih akibat bencana kekeringan ini. Huda telah menangani masalah krisis air bersih di 11 desa dari lima kecamatan yang terdampak bencana kekeringan. Antara lain, Kecamatan Woha, Wawo, Palibelo, Donggo, dan Sape.
Sementara itu, 11 desa terdiri dari Desa Talabiu, Pesa, Samili, Kalampa, Ragi, Tonggorisa, Nata, Padolo, Teke, Doridungga, dan Desa Parangina.
“Sedangkan (desa, red) yang lain, masuk dalam kategori berpotensi akan mengalami kekeringan,” ujarnya.
Selain krisis air bersih, dampak lain dari bencana kekeringan ini ialah lahan pertanian milik sebagian masyarakat menjadi gersang. Akibatnya, tanaman di atas lahan tersebut kesulitan untuk tumbuh sebagaimana mestinya.
“Berdasarkan laporan Dinas Pertanian Kabupaten Bima, di wilayah Kecamatan Bolo ada 55 hekatare lahan mengalami kekeringan. Upaya yang sudah kami lakukan dengan memberi bantuan pompa air,” ungkap Huda.
Menyoal bencana ini, tim BPBD Kabupaten Bima intens melakukan koordinasi dengan Camat, Kapolsek, Koramil, dan Desa setempat. Termasuk dengan Dinas terkait mengenai dampak dan penanganan serta kewenangannya.
“Kami juga melakukan pengamatan, pendataan dan kaji cepat serta penanganan darurat bencana terhadap daerah terdampak,” pungkasnya. (*)