Daerah NTB

Pemprov NTB Gencarkan Posyandu Keluarga untuk Turunkan Angka Stunting

Mataram (NTB Satu) – Dalam rangka menurunkan angka stunting di NTB. Pemprov NTB terus gencarkan program-program baru guna menurunkan angka stunting. Salah satunya adalah menjadikan Posyandu konvensional menjadi posyandu keluarga.

Wakil Gubernur NTB, Hj. Sitti Rohmi Djalilah mengatakan, masifnya peran program posyandu keluarga telah terbukti menurunkan angka stunting dan Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKIB) di NTB, Senin, 8 Mei 2023.

Ia mengatakan, untuk memastikan program ini terus berjalan dengan baik, meminta kepada Dinas Kesehatan (Dikes) Provinsi NTB dan seluruh stakeholder terkait untuk dapat terus meningkatkan kerja sama. Ia juga mendorong Dinas Kesehatan untuk rutin berkolaborasi dengan seluruh 10 Kabupaten/Kota di NTB.

“Provinsi NTB harus rutin dan intens berkolaborasi dengan sepuluh Kabupaten/kota di NTB,” sebutnya saat Rapat Triwulan I di Kantor Dikes NTB.

Kepala Dinas Kesehatan NTB, H. Lalu Hamzi Fikri mengungkapkan, untuk terus meningkat fungsi Posyandu Keluarga sebagai wadah edukasi dan screening kesehatan bagi masyarakat.

“PR kita menurunkan angka stunting dan angka kematian ibu dan bayi lebih kencang lagi,” terang mantan Dirut RSUP NTB ini.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional. Komitmen ini terwujud dalam masuknya stunting ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024.

Pemerintah Indonesia berharap dengan target penurunan yang cukup signifikan dari kondisi 27,6 persen pada tahun 2019, mampu menjadi 14 persen pada tahun 2024. Dalam hal ini Pemerintah Provinsi NTB optimis untuk mencapai angka tersebut pada tahun 2024.

Bukan tanpa sebab, karena berdasarkan data elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), persentase stunting di NTB hanya 16,84 persen tahun 2021, dan 19,23 persen tahun 2022.

Tidak menutup kemungkinan NTB mampu mencapai angka 14 persen atau bahkan lebih turun dari angka tersebut pada tahun 2023. Karena angka status stunting sampai dengan triwulan 1 tahun 2023 sebesar 14,76 persen.

dr. Fikri juga menjelaskan, kasus kematian ibu sampai dengan triwulan 1 tahun 2023 sebesar 26 kasus. Sementara sebelumnya, pada tahun 2022 sebanyak 97 kasus. Kasus tersebut menurun dari tahun 2021 sebanyak 144 kasus.

Sedangkan, kasus kematian bayi sampai dengan triwulan 1 tahun 2023 sebesar 196 kasus. Sementara sebelumnya, pada tahun 2022 sebanyak 788 kasus, menurun dari tahun 2021 sebanyak 811 kasus. (MYM)

IKLAN
IKLAN

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN
Back to top button