Daerah NTB

Diminati Cina hingga Amerika, Ekosistem Gurita NTB Perlu Diwaspadai

Mataram (NTB Satu) – Permintaan Gurita di pasar ekspor mulai menggeliat. Cina, Italia hingga Amerika menjadi negara dengan peminat tertinggi biota laut tersebut, termasuk yang bersumber dari laut NTB.

Pegiat lingkungan mulai mewaspadai ini sebagai peringatan kepada pemerintah untuk langkah preventif sebelum jadi gejolak. Seperti pada kasus Losbter.

Hal itu terungkap saat presentasi Yayasan Pesisir Lestari (YPL) dan Lembaga Juang Laut Lestari (Jari) di hadapan sejumlah media, Selasa (28/9) di Hotel Santika Mataram.

Permintaan pasar Gurita tidak bisa dihindari. Nelayan sampai pengusaha juga tidak bisa diabaikan, karena akan merespon permintaan pasar itu dengan suplai yang menyesuaikan dengan permintaan.

Narasumber yang hadir dalam diskusi itu sepakat, bahwa harus ada tata kelola perikanan berkelanjutan agar nelayan bisa menikmati kesejahteraan. Pada sisi lain, ekosistem Gurita tetap terjaga.

Dalam catatan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTB, potensi Gurita di NTB mencapai 493 ton per tahun. Sementara penangkapan yang dominan masih sifatnya tradisional, baru 46,1 ton.

Artinya baru 9,51 persen yang dimanfaatkan.

“Padahal kalau dikelola, maksimal bisa sampai 60 persen atau 250 ton,” sebut Kabid Perikanan Tangkap DKP NTB, Sasi Rustandi.

Maka, ia meminta dua lembaga tersebut untuk membuat rencana aksi untuk tata kelola perikanan untuk jenis Gurita, sehingga bersama pihaknya bisa disusun Peraturan Gubernur (Pergub) dan Perda yang bisa jadi payung hokum.

Tujuannya, antisipasi dampak kerusakan lingkungan hingga perburuan berlebihan.

Setuju dengan itu, Ketua Komite Perikanan Berkelanjutan, Dr. Sitti Hilyana meminta keseriusan pemerintah dan yayasan untuk memperhatikan dari sisi ekosistemnya.

NTB dengan banyak potensi perikanan, harus belajar dari pola pengelolaan seperti lobster dan kerapu yang tinggi permintaan sehingga dibuatkan regulasi pengelolaannya.

Terlebih menurutnya, NTB sebagai destinasi wisata, agar bisa sinkron dengan pengelolaan ekonomi masyarakat.

“Sebelum konflik ini menjadi besar, mulai sekarang atur tata kelolanya. Supaya ini bisa tetap stabil. Apalagi kita ketahui, habitatnya ada di terumbu karang,” saran Sitti Hilyana.

Pada kesempata sama, Direktur Eksekutif Juang Laut Lestari (JARI),
Taufik Hisbunhaq mengungkapkan, penangkapan Gurita setiap tahun meningkat, seiring dengan tingginya permintaan dari tiga negara, Cina, Amerika dan Italia.

Lembaganya pun melakukan riset di empat desa dampingan, menemukan fakta tingginya penangkapan Gurita. Bahkan nelayan mulai beralih dari komoditi tangkapan lain.

“Di tingkat nelayan, suplainya tinggi karena ada demand tadi. Makanya tinggi (penangkapan), ketika permintaan besar dan harga bagus. Terlebih biaya operasi rendah, penangkapan pun mudah,” ungkapnya.

Rayhan Dudayef dari YPL menambakan, lembaganya hadir membantu mengatur kebijakan tata kelola tangkapan gurita tersebut. Polanya, dengan mendata nelayan nelayan yang melakukan penangkapan, sebagaimana sudah dilakukan di Sulawesi.

Dari pendataan itu bisa diketahui flow pendapatan nelayanan, grafiknya turun atau naik. Nah, lanjutnya, ketika menurun, maka spot area tangkapan itu sebaiknya ditutup untuk menunggu kembalinya ekosistem Gurita.

“Cara cara ini sudah berhasil, seperti di Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara. Tapi dalam penerapannya di sini tentusaja tidak bisa langsung stop, tapi akan coba kita dorong,” ungkapnya.

Akademisi Universitas Mataram, Didi mencermati, potensi Gurita salah satunya di Selat Alas. Tapi pemanfaatannya masih kecil. Namun sebelum over eksploitasi terjadi, ia sepakat segera dibuat regulasinya.

Potensi di Selat alas, besar tapi kecil pemanfaatannya. Sebelum over eksploitasi, dari awal diatur metoda pengelolaan supaya ketersediaan Gurita tetap terjamin. Karena yang berkembang di masyarakat saat ini, penangkapan didominasi gurita betina.

“Kedepan ini harus diperhatikan agar diatur, supaya kurangi penangkapan betina, tapi dominan ke yang jantan,” sarannya. (red)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN
Back to top button