Musik

Saat Paris Hasan Bicara “Apple ‘N Snake” dan Manajemen Musik di Lombok

Mataram (NTB Satu) – Awal Juni 2023, menjadi titimangsa yang penting untuk karir musik Paris Hasan, musisi yang berdomisili di Kota Mataram. Sebab, Paris Hasan melaksanakan pesta rilis album perdananya, Apple N’ Snake di Rumah Gabah, Lombok Barat, Sabtu 3 Juni 2023.  

Paris Hasan turut mengundang musisi Yuga Anggana, penyair Kiki Sulistyo, dan manajer band Timmy Adhipa untuk membicarakan serba-serbi album Apple ‘N Snake. Penyair, Ilda Karwayu tampil sebagai pemandu diskusi tersebut.

Sementara itu, penyair Ruhma Ruksalana Huurul’in bertindak sebagai juru pandu acara pesta rilis album Apple ‘N Snake. Pesta rilis album Apple ‘N Snake berlangsung selama kurang lebih tiga setengah jam.

Paris Hasan menutup penampilannya dengan menyanyikan lagu Apple ‘N Snake. Para penonton pun bersorak sambil bertepuk tangan.

NTB Satu berkesempatan untuk mewawancarai Paris Hasan secara khusus mengenai serba-serbi album Apple ‘N Snake. Mari simak wawancara khusus Gilang Sakti Ramadhan dengan Paris Hasan.

G: Selamat atas pesta perayaan Apple ‘N Snake. Setelah perayaan ini selesai, apa yang hendak Paris sampaikan?

P: Saya ingin menyampaikan rasa syukur. Sebab, saya telah mengerjakan album Apple ‘N Snake selama kurang lebih dua tahun. Saya telah mengalami banyak rintangan selama pengerjaan album Apple ‘N Snake. Namun, terdapat beberapa teman yang juga bersedia membantu pengerjaan Apple ‘N Snake sejak periode merekam lagu hingga pesta perilisan. Setelah pesta perilisan album Apple ‘N Snake, saya ingin melakukan tur.

G: Tur ke mana?

P: Belum tahu. Namun, saya ingin sekali melakukan tur.

G: Kapan akan melakukan tur?

P: Saya belum bisa memastikan perihal waktunya. Namun, saya pasti akan melaksanakan tur.

G: Apa yang melatarbelakangi penciptaan album Apple ‘N Snake?

P: Menurut saya, membuat lagu adalah proses untuk menumpahkan curahan hati. Saya senang menceritakan berbagai hal sederhana yang telah terjadi di dalam hidup. Menceritakan hal-hal sederhana yang telah terjadi di dalam hidup menjadi motivasi untuk menciptakan lagu, termasuk lagu-lagu yang terdapat dalam album Apple ‘N Snake.

G: Kenapa Paris memilih menggunakan tajuk Apple ‘N Snake untuk album perdananya?

P: Terlepas bahwa kisah apel dan ular merupakan mitologi yang cenderung besar, saya merasa bahwa kisah apel dan ular dapat dibincangkan dalam ranah yang lebih luas. Sebelumnya, saya hendak memberi tajuk Skiffle ‘N Blues pada album perdana ini. Namun, skiffle dan blues merupakan sebuah genre, maka pemaknaan pendengar akan menyempit. Oleh karena itu, saya memakai tajuk Apple ‘N Snake dengan harapan bahwa pemaknaan pendengar dapat meluas. Saya percaya bahwa kisah apel dan ular yang kemudian menjadi tajuk, akan terasa lebih “mengena”.

G: Sebenarnya, apa yang hendak disampaikan oleh album Apple ‘N Snake?

P: Secara sederhana, saya hendak memberitahu kepada orang-orang agar tidak lekas menyerah dan tergoda manakala ingin mencapai sebuah tujuan.

G: Siapa yang mempengaruhi Paris dalam penciptaan album Apple ‘N Snake?

P: Orang-orang yang berada di sekitar saya.

G: Siapa yang dimaksud sebagai “orang-orang di sekitar” itu?

P: Sebagian besar merupakan teman. Mulai dari teman kerja dan teman main.

G: Menyinggung soal musisi, siapa yang mempengaruhi gaya bermusik Paris?

P: Para musisi delta blues yang bermain menggunakan teknik slide banyak mempengaruhi dalam proses bermusik, seperti Robert Johnson, dan masih banyak lagi. Tidak lupa, Johnny Cash, Bob Dylan, dan Charlie Musselwhite. Saya kerap membayangkan situasi di mana Johnny Cash dan Bob Dylan berdiri di antara dua sisi. Di antara Johnny Cash dan Bob Dylan, terdapat Paris Hasan. Saya sangat menyukai petikan gitar dari Johnny Cash. Kemudian, saya juga turut menyukai teknik permainan gitar serta harmonika dari Bob Dylan. Nah, Paris Hasan mengombinasikan Johnny Cash dan Bob Dylan dalam musiknya.

G: Sejak kapan Paris mulai proses menciptakan lagu-lagu yang ada di dalam album Apple ‘N Snake?

P: Saya mulai mengerjakan lagu-lagu yang terdapat dalam album Apple ‘N Snake sejak 2019.

G: Di mana Paris merekam album Apple ‘N Snake?

P: Di Madcats Records, sebuah studio rekaman yang berdomisili di Kota Mataram.

G: Kenapa Paris memilih Madcats Records di antara berbagai studio rekaman yang ada di Pulau Lombok?

P: Pertama, saya memiliki kedekatan dengan pemilik Madcats Records, Anye. Kedua, Madcats Records sangat terbuka untuk siapapun yang hendak merekam lagu-lagunya. Madcats Records dapat memberikan saran, dan lain-lain.

G: Bagaimana dengan hasil dari rekaman di Madcats Records? Apakah cukup baik?

P: Cukup baik. Menurut saya, Madcats Records memiliki fasilitas rekaman yang lengkap. Cukup baik. Saya cukup puas merekam lagu di Madcats Records. Sebab, selain memberikan pelayanan yang cukup baik, Madcats Records mampu memperkaya unsur estetika dari album Apple ‘N Snake.

G: Jika membicarakan studio rekaman, maka tidak dapat dilepaskan dari unsur industri musik. Karena, studio rekaman adalah bagian dari industri musik itu sendiri. Bagaimana Paris memandang industri musik yang ada di Pulau Lombok?

P: Terus terang, saya tidak memiliki pemahaman yang cukup terhadap industri musik di Pulau Lombok. Saya hanya ingin terus berkarya. Namun, saya merasa bahwa masyarakat Pulau Lombok mulai lebih terbuka terhadap musik. Sebuah situasi yang cukup berbeda jika dibandingkan dengan empat hingga lima tahun lalu. Saat ini, saya merasa bahwa musisi cenderung memiliki kemudahan untuk meraih pendengarnya. Satu lagi, saya merasa bahwa berbagai platform digital sangat membantu musisi untuk menyebarluaskan karyanya. Karena, cenderung mudah. Akan tetapi, musisi juga harus siap untuk bersaing dengan ketat.

G: Untuk menyiasati persaingan yang ketat itu, apakah Paris menyiapkan strategi khusus?

P: Mau tidak mau, saya menyiapkan strategi khusus. Kebetulan, saya ini orang yang cenderung berjalan secara alami. Di kemudian hari, saya pasti menemukan strategi atau cara yang tepat untuk bersaing.

G: Apa strategi khusus yang telah ditemukan oleh Paris?

P: Saya suka merancang visual. Maka, saya telah membuat berbagai video lirik untuk meraih pendengar di Instagram maupun YouTube.

G: Apakah strategi video lirik itu berefek?

P: Iya. Itu terlihat dari berbagai testimoni dari teman-teman. Selain respons pendengar, saya juga memang menyukai untuk merancang sebuah video lirik.

G: Kalau sudah bicara industri musik, maka tidak lengkap jika tidak menyoal manajemen musik. Bagaimana pandangan Paris terhadap manajemen musik?

P: Saat ini, saya belum punya manajemen musik. Saya tengah mempelajari serba-serbi manajemen musik. Saya merasa bahwa musisi membutuhkan manajemen musik untuk bergerak lebih jauh. Saya sangat membutuhkan orang-orang yang dapat mengendalikan berbagai hal yang di luar estetika musik atau di luar proses pengkaryaan.

G: Di Pulau Lombok, sudah ada berbagai manajemen musik. Apakah Paris akan berlabuh pada salah satu manajemen musik tersebut?

P: Sepertinya tidak.

G: Kenapa?

P: Karena, saya merasa bahwa setiap manajemen musik di Pulau Lombok telah memiliki artis, rencana, dan sistemnya masing-masing. Oleh karena itu, saya mempersilakan berbagai manajemen musik berjalan dengan caranya masing-masing. Saya memilih untuk tidak bergabung.

G: Itu artinya, apakah Paris saat ini bergerak secara indie?

P: Daripada disebut bergerak secara indie, saya lebih ingin disebut bergerak secara alami atau organik. Karena, saat ini gerakan indie telah mengalami bias.

G: Poin terakhir. Paris menjual tiket untuk pesta rilis album. Apa yang membuat Paris “berani-beraninya” menjual tiket pesta rilis album di tengah ekosistem musik di Pulau Lombok yang oleh sebagian orang masih disebut cukup amburadul?

P: Sebab, saya ingin menjaring siapa saja yang benar-benar menjadi pendengar musik Paris Hasan. Menjual tiket adalah proses mengkurasi penonton. Saya sepakat bahwa apabila lebih banyak penonton memang lebih bagus secara finansial. Namun, kalaupun banyak penonton yang datang, tapi tidak fokus mendengarkan musik Paris Hasan, saya merasa itu tidaklah asik. Saya lebih menyukai suasana yang intim. Akan tetapi, saya bukanlah orang yang menghindari keterbukaan.

Demikianlah hasil wawancara khusus Gilang Sakti Ramadhan dengan Paris Hasan mengenai serba-serbi album Apple ‘N Snake.

Album Apple N’ Snake terdiri dari sembilan lagu, yaitu Skiffle ‘N Blues, Black Leather Watch, Guns ‘N Bullets, Gasoline, Hillbilly Feel, Gramophone, Apple ‘N Snake, The Tunemaker, dan Where Were You at Three?. Album Apple N’ Snake pertama kali mengudara di platform digital pada 19 Mei 2023 lalu. (GSR)


Baca juga:

Ary Juliyant dan Lagu-lagu Anomali

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button