ADVERTORIAL

Bank Sampah “Kekait Berseri” Jadi Pematik Kesadaran Masyarakat Soal Tata Kelola Sampah

Mataram (NTB Satu) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB telah melaksanakan acara Gebyar Pilah Sampah beberapa waktu lalu. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung pelaksanaan NTB Zero Waste dan NTB Net Zero Emissions 2050. Dalam Gebyar Pilah Sampah, Dinas LHK NTB turut mengundang sejumlah pihak, salah satunya adalah Bank Sampah Kekait Berseri.

Pengelola Bank Sampah Kekait Berseri, Nurul Azizah Bayani mengatakan, Bank Sampah Kekait Berseri terletak di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat dan berdiri sejak 2015. Berdirinya Bank Sampah Kekait Berseri diprakarsai lantaran melihat permaslahan tata kelola sampah yang terdapat di Desa Kekait.

Pada awalnya, masyarakat sekitar Desa Kekait tidak memiliki pengetahuan dan perhatian soal tata kelola sampah. Penduduk di sekitar Desa Kekait cenderung memandang sebelah mata gerakan dari Bank Sampah Kekait Berseri. Padahal, Bank Sampah Kekait Berseri terbuka untuk umum.

“Seiring berjalannya waktu serta berbagai kunjungan menuju Bank Sampah Kekait Berseri, masyarakat sekitar mulai penasaran dan tertarik. Pada akhirnya, masyarakat makin ingin tahu dan perhatian soal tata kelola sampah di Desa Kekait. Lama kelamaan, penduduk sekitar mulai belajar soal tata kelola sampah di Bank Sampah Berseri. Sampai saat ini, masyarakat Desa Kekait pun telah mampu memilih dan memilah sampahnya masing-masing,” ungkap Nurul, Selasa, 7 Maret 2023.

Nurul menyatakan, telah banyak elemen masyarakat yang mendatangi Bank Sampah Kekait Berseri, mulai dari siswa, mahasiswa, wisawatan nusantara, bahkan wisatawan asing. Bank Sampah Kekait Berseri sangat terbuka untuk umum. Bank Sampah Kekait Berseri memiliki program bernama Sedekah Sampah, Menabung Sampah, Pembuatan Kerajinan, serta ragam penukaran lainnya.

“Kami juga mempersilakan masyarakat untuk menukar hasil olahan sampah dengan sampah,” terang Nurul.

Bank Sampah Kekait Berseri menghasilkan produk olahan sampah yang dapat dijual. Menurut Nurul, produk hasil olahan sampah memiliki nilai estetika yang sangat menarik apabila dijual. Bank Sampah Kekait Berseri menyediakan produk olahan berupa gantungan kunci, pot, dan lain-lain. Produk-produk itu dijual dari harga Rp5.000 hingga Rp25.000, tergantung klasifikasi.

Selanjutnya, Nurul memaparkan, kesadaran soal tata kelola sampah harus berasal dari dalam diri sendiri. Masyarakat harus memiliki pikiran dan kesadaran bahwa mengelola sampah adalah hal penting. Kepada masyarakat yang belum memiliki perhatian soal tata kelola sampah, Nurul mengajak untuk bergerak bersama.

“Kalau bukan diri sendiri, tidak ada pihak yang dapat menjaga dan mengelola sampah yang ada di sekitarnya,” ujar Nurul.

Sebagai bank sampah, Bank Sampah Kekait Berseri sangat ingin berpartisipasi dalam acara Gebyar Pilah Sampah. Nurul menilai bahwa acara Gebyar Pilah Sampah merupakan acara yang sangat bagus. Karena, masyarakat umum dapat menilai dan melihat soal ragam pengelolaan sampah di NTB.

“Dengan adanya acara Gebyar Pilah Sampah, masyarakat jadi tahu bahwa sampah memiliki nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Saya yakin, masyarakat pasti tertarik untuk mengelola sampahnya,” tandas Nurul.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Julmansyah S.Hut., M.Ap., mengatakan, Gebyar Pilah Sampah adalah edukasi untuk menguatkan pikiran tata kelola soal sampah yang dapat membuat NTB Bebas Emisi pada tahun 2050 makin nyata untuk diraih.

Selain itu, Gebyar Pilah Sampah adalah acara yang melibatkan pengunjung dalam skala yang banyak. Gelaran tersebut hendak memperlihatkan soal betapa beragamnya praktik-praktik pengelolaan sampah yang dapat menjadi strategi menyukseskan NTB Zero Waste.

“Di dalam acara ini, ada 40 pihak yang terlibat, yaitu komunitas, sekolah, dan kelompok yang memiliki strategi tersendiri untuk mengelola sampah di tempatnya masing-masing. Saya melihat bahwa 40 pihak tersebut telah dapat menjadikan sampah sebagai sumber daya utama untuk mencukupi kehidupan,” ungkap Julmansyah.

Julmansyah memilih banyak jenis tata kelola sampah agar masyarakat yang hadir dapat melihat dan meniru aneka jenis pengelolaan sampah yang ada di dalam Gebyar Pilah Sampah. Ia mengharapkan agar spirit mengenai sampah adalah sumber daya dapat ditularkan kepada masyarakat luas.

Disinggung mengenai keterlibatan siswa-siswi di Gebyar Pilah Sampah, Julmansyah menjawab, siswa-siswi yang hadir di dalam Gebyar Pilah Sampah kelak akan menjadi dewasa. Dengan pengetahuan yang benar soal tata kelola sampah, maka siswa-siswi tersebut akan menjadi orang tua yang dapat mengajarkan soal penanganan sampah yang baik di masa depan. Dinas LHK NTB telah mengarahkan agar siswa-siswi di NTB dapat bermitra dengan Bank Sampah yang ada di sekitar sekolahnya.

“Kami mengharapkan agar gerakan pemilahan sampah berbasis sekolah dapat menjadi hal yang baik dan ditiru oleh masyarakat NTB. Dengan melibatkan 3000 siswa-siswi, saya mengharapkan gaung dari Gebyar Pilah Sampah dapat menyebar hingga ke daerah yang paling jauh di NTB, atau daerah-daerah yang belum data mengikuti acara,” pungkas Julmansyah. (GSR)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button