Gubernur Iqbal: Perayaan Nataru Tidak Perlu Hura-hura
Mataram (NTBSatu) – Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal mengingatkan, seluruh warga NTB agar tidak terlalu hura-hura merayakan hari Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025.
Imbauan tersebut ia sampaikan, sebagai bentuk empati terhadap saudara-saudara di Sumatra yang mengalami musibah banjir bandang.
Iqbal menyebutkan, bencana banjir bandang yang terjadi di Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh telah menyebabkan ribuan warga terdampak dan menimbulkan duka mendalam. Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat NTB untuk menunjukkan solidaritas dan kepedulian.
“Lagi masa saudara-saudara (Sumatra) berduka, tidak usah hura-hura. Kita berdoa. Kita sudah berdoa untuk ulang tahun NTB sekaligus doa untuk korban banjir Sumatra,” kata Iqbal, Selasa, 23 Desember 2025.
Meski demikian, Gubernur memastikan kondisi keamanan dan ketertiban di wilayah NTB menjelang Nataru secara umum masih kondusif.
Pemerintah daerah bersama aparat keamanan telah melakukan berbagai langkah kesiapsiagaan untuk mengantisipasi potensi risiko. Terutama, cuaca ekstrem dan meningkatnya arus wisatawan.
“Saya mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, menjaga keselamatan, serta merayakan Nataru secara sederhana dan penuh makna, dengan mengedepankan rasa empati dan kebersamaan,” ungkapnya.
Imbau Jaga Keamanan dan Ketertiban Selama Nataru
Sementara itu, Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (BINDA) NTB, Amirudin menegaskan, keterlibatan media dalam menjaga keamanan dan ketertiban selama momen Nataru sangat diperlukan.
Menurutnya, media sebagai penentu utama narasi publik yang berdampak langsung pada stabilitas daerah dan citra NTB secara nasional.
“Ini bukan hanya soal Nataru, tapi menyangkut masa depan NTB. Momentum ini menjadi pintu masuk mobilisasi orang ke daerah kita, sekaligus kepentingan nasional untuk menciptakan situasi yang kondusif,” kata Amirudin.
Menurutnya, NTB sebagai daerah tujuan wisata dengan keragaman sosial, budaya, dan agama memiliki modal besar untuk menarik kunjungan masyarakat, termasuk wisatawan nusantara. Namun, daya tarik itu sangat bergantung pada narasi yang dibangun di ruang publik.
“Untuk menarik orang datang ke NTB, narasi positif tentang situasi daerah menjadi kunci. Di sinilah peran rekan-rekan media sangat menentukan,” ujarnya.
Amirudin menilai, media tidak hanya berfungsi sebagai penyampai informasi, tetapi juga opinion leader dan penjaga kualitas informasi di tengah banjir arus digital. Ia mengingatkan, derasnya informasi di media sosial berpotensi memunculkan kabar tidak terverifikasi yang bisa memicu keresahan.
“Pilihan masyarakat akhirnya kembali ke media arus utama. Media yang menyajikan fakta, kondisi riil di lapangan, dan informasi yang dapat dipercaya,” tutupnya. (*)



