Oleh: Anugrah Fajar Fahrurazie, S.IP., M.Si., C.M.C.
Hari Ulang Tahun ke-67 Provinsi Nusa Tenggara Barat seharusnya tidak berhenti sebagai perayaan simbolik. Ia adalah momentum reflektif untuk membaca arah perjalanan daerah: apa yang sudah dicapai, apa yang masih tertinggal, dan bagaimana NTB menyiapkan dirinya menghadapi masa depan. Dalam satu tahun terakhir, wajah NTB memperlihatkan perubahan yang menggembirakan.
Bukan hanya melalui panggung besar seperti Mandalika yang bergaung hingga level internasional, tetapi juga lewat kerja-kerja yang lebih sunyi namun menentukan melalui semangat “Gerak Cepat NTB Hebat”. Semangat ini menjadi kompas bagi kepemimpinan Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal dan Hj. Indah Dhamayanti Putri dalam menyinergikan panggung global dengan penguatan lokal, memastikan kesejahteraan daerah pada akhirnya ditentukan oleh seberapa baik pemerintah melayani warganya sehari-hari.
Mandalika memang telah menjadi etalase global NTB. Event internasional yang digelar bukan sekadar soal gengsi, tetapi berdampak pada geliat ekonomi lokal, pariwisata, hingga UMKM. Namun, di bawah kepemimpinan yang baru berjalan 10 bulan ini, keberhasilan tersebut diperluas melalui visi konektivitas yang lebih agresif.
Upaya “menduniakan” NTB kini diiringi langkah konkret pembukaan lima rute penerbangan nasional baru serta persiapan rute internasional menuju Perth, Darwin, dan Bangkok pada 2026. Bahkan, inovasi penerbangan seaplane yang menghubungkan bandara dengan gugusan pulau kecil mulai dipersiapkan. Ini adalah bukti bahwa panggung global tidak boleh eksklusif; ia harus memiliki urat nadi yang terhubung hingga ke pelosok daerah agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya terkonsentrasi di satu titik.
Di balik gegap gempita pariwisata, wajah sejati pemerintahan tecermin pada keberanian mengeksekusi kebutuhan dasar yang selama ini menjadi tantangan klasik. Dalam waktu singkat, fondasi “NTB Makmur” mulai terlihat dari angka-angka yang bicara secara objektif. Tingkat kemiskinan berhasil ditekan dari 11,91% menjadi 11,78% di tahun 2025.
Di sektor agraria, optimalisasi lahan seluas 10.700 hektare bukan hanya angka di atas kertas, melainkan upaya memastikan petani yang semula hanya sekali tanam bisa meningkat menjadi dua atau tiga kali. Hasilnya sangat signifikan bagi ketahanan pangan rakyat: produksi padi melonjak melampaui 2 juta ton dan Nilai Tukar Petani (NTP) merangkak naik ke angka 128 pada November 2025. Data ini adalah manifestasi dari senyum petani yang kembali merekah karena hasil keringat mereka kini memiliki nilai tawar yang lebih kuat.
Sektor kesehatan pun tidak luput dari sentuhan teknokratis yang berdampak langsung pada keadilan sosial. Kenaikan status Rumah Sakit Manambai Abdul Kadir di Sumbawa menjadi Tipe B adalah kado nyata bagi pemerataan layanan. Kebijakan ini memutus “jarak nasib” warga Pulau Sumbawa yang selama ini harus menyeberang ke Mataram untuk layanan medis lanjutan. Langkah ini diperkuat dengan telah diresmikannya gedung Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) di RS Mandalika, sebuah capaian strategis yang menjamin standar layanan kesehatan yang lebih manusiawi, adil, dan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi.
Sementara itu, perbaikan total pada empat ruas jalan strategis provinsi—mulai dari Simpang Tano – Seteluk di KSB hingga Wakul – Ketejer di Lombok Tengah—menunjukkan bahwa infrastruktur adalah instrumen utama yang menyeberangkan masyarakat dari isolasi menuju peluang ekonomi.
Semua pencapaian ini adalah investasi jangka panjang untuk kualitas sumber daya manusia NTB, agar tidak hanya tumbuh secara statistik, tetapi benar-benar berdaya saing di kancah global.
Namun, pembangunan fisik dan angka statistik hanyalah raga tanpa jiwa jika tidak dibarengi dengan stabilitas sosial dan persatuan. Di sinilah kepemimpinan daerah memainkan peran kunci melalui pendekatan kolaboratif yang inklusif.
Menggemakan pesan Presiden Prabowo Subianto tentang pentingnya persatuan nasional dan rekonsiliasi, Gubernur Lalu Iqbal menegaskan bahwa tujuan mulia dari semua perjuangan politik adalah membuat “wong cilik” tersenyum. Pesan ini membawa misi besar: bahwa perbedaan pilihan adalah keniscayaan, namun cita-cita membuat rakyat sejahtera adalah mantra yang harus dikerjakan bersama tanpa terkecuali.
Pembangunan NTB terlalu besar untuk dikerjakan sendiri; ia membutuhkan orkestrasi yang rapi antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan seluruh elemen masyarakat. Tidak seorang pun boleh menjadi benalu dalam perjalanan ini; semua harus menjadi penguat dalam koalisi besar untuk kepentingan rakyat.
Visi “NTB Makmur Mendunia” sejatinya bukan slogan kosong, melainkan janji masa depan yang sedang kita jemput melalui aksi kolaboratif. Makmur berarti pertumbuhan yang dirasakan adil hingga ke meja makan rakyat terkecil, dan mendunia berarti NTB mampu bersaing di level global tanpa kehilangan jati dirinya sebagai Bumi Gora.
Di usia 67 tahun, NTB sedang menunjukkan kedewasaannya—tidak reaktif terhadap kritik, tidak silau oleh pujian, dan tetap fokus pada kerja nyata yang terukur. HUT NTB tahun ini adalah momen syukur yang bekerja, sebuah syukur yang diwujudkan dalam kebijakan yang berpihak pada rakyat dan kepemimpinan yang mengutamakan persatuan.
Dengan optimisme yang terarah, kita percaya bahwa NTB terus melangkah dengan kepala dingin dan hati yang berpihak pada masyarakat, menjaga keseimbangan antara ambisi pembangunan dan empati sosial untuk mewujudkan NTB yang benar-benar hebat, berdaulat, dan mendunia. (*)


