RPJMD 2025–2029: NTB Menata Arah Pembangunan Lombok – Sumbawa
Mataram (NTBSatu) – Pemerintah Provinsi NTB, mulai memetakan ulang arah pembangunan lima tahun ke depan melalui penyusunan RPJMD 2025–2029. Salah satu fondasinya adalah pemahaman menyeluruh terhadap kondisi wilayah.
Pemetaan ini mencakup gambaran umum daerah, keuangan, hingga permasalahan strategis yang selama lima tahun terakhir (2020–2024) membentuk wajah pembangunan NTB.
Kepala Bappeda Provinsi NTB, Iswandi mengatakan, RPJMD baru harus berdiri di atas pijakan data yang kuat. “Kita tidak boleh menyusun dokumen perencanaan hanya sebagai formalitas. RPJMD harus membaca NTB apa adanya, lengkap dengan tantangan dan keunggulannya,” ujarnya, Jumat, 21 November 2025.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2022, NTB sebagai provinsi untuk memperkuat efektivitas pemerintahan dan percepatan pembangunan. Memiliki dua pulau besar Lombok dan Sumbawa serta 401 pulau kecil, NTB memikul peran strategis sebagai wilayah penyangga di koridor tengah Indonesia.
Dari koordinat 8°10’–9°05’ LS dan 115°46’–119°05’ BT, NTB tidak hanya dianugerahi letak penting tetapi juga ragam bentang alam yang membentuk pola ekonomi masyarakatnya.
Iswandi menyebut, posisi itu sebagai modal pembangunan. “NTB itu unik. Provinsi kepulauan yang kaya pesisir, kaya pegunungan, dan punya konektivitas yang terus tumbuh. Ini harus terbaca jelas dalam RPJMD,” katanya.
Lombok: Pegunungan Subur, Pesisir Pariwisata, dan Pertanian Produktif
Pulau Lombok memiliki keragaman topografi yang ekstrem, dari pesisir hingga puncak Gunung Rinjani 3.726 mdpl. Wilayah utara yang didominasi hutan dan pegunungan memberikan peluang besar bagi pertanian hortikultura dan konservasi.
Bagian tengah menjadi sentra pertanian tembakau, padi, dan hortikultura, sementara pesisir selatan dan barat terus berkembang sebagai kawasan wisata unggulan.
Sumbawa: Lahan Kering, Peternakan, Tambang, dan Pesisir Kaya Ikan
Sementara itu, Pulau Sumbawa yang lebih luas memiliki kontur perbukitan dan dataran tinggi yang cocok untuk peternakan skala besar serta perkebunan. Daerah pesisir seperti Teluk Saleh dan Teluk Bima menjadi pusat perikanan dan garam. Keberadaan Gunung Tambora juga menjadi sumber daya alam sekaligus destinasi geowisata berpotensi besar.
Topografi Sumbawa memiliki kemiringan tanah 15–40 persen mencapai 573.903 hektare, sedangkan Lombok memiliki kemiringan 2–15 persen seluas 198.616 hektare. Keragaman ini menegaskan NTB sebagai wilayah yang kaya potensi namun memerlukan tata kelola ruang yang cermat.
Modal Besar Menuju RPJMD 2025–2029
Potensi pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, pariwisata, hingga mineral disebut Iswandi sebagai “modal dasar” pembangunan daerah.
“Semua sektor ini saling melengkapi. Yang kita butuhkan adalah cara menghubungkannya dalam satu strategi pembangunan yang konkret dan berkelanjutan,” tegasnya.
Ia menambahkan, RPJMD mendatang harus mampu menjawab tantangan jangka panjang sambil memaksimalkan keunggulan alam dan demografi NTB.
“Dokumen ini akan menentukan ke mana NTB bergerak lima tahun ke depan dan bagaimana seluruh potensi tadi diterjemahkan menjadi kesejahteraan masyarakat,” tambahnya. (*)



