ADVERTORIALDiskominfotik NTB

Desa Desaloka, Jejak Sejarah dan Potensi Baru dari Tanah Kerajaan Samawa

Jakarta (NTBSatu) – Desa Desaloka, Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa Barat, menyimpan jejak sejarah panjang sejak masa pemerintahan Kerajaan Samawa.

Hingga kini, desa tersebut berkembang sebagai desa yang kaya potensi. Berdasarkan laman resmi Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, jauh sebelum kemerdekaan, wilayah Desaloka masih berupa sebuah dukuh kecil yang berada di bawah kekuasaan Sultan Kaharuddin II, penguasa Kerajaan Samawa.

Pasca kemerdekaan, struktur pemerintahan tradisional kerajaan itu kemudian bergabung dalam tata kelola pemerintahan distrik dengan sebutan “Sunda Kecil”, mencakup wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Saat itu, Kecamatan Seteluk sudah berstatus wilayah administratif dengan seorang kepala wilayah atau Demung (Camat).

Pemekaran Desaloka

Tonggak penting dalam sejarah perkembangan Desa Desaloka terjadi pada tahun 2009. Masyarakat Dusun Rempe Loka melalui komite pemekaran desa mengajukan permohonan untuk membentuk desa mandiri.

Pemekaran tersebut akhirnya disahkan melalui Peraturan Desa Nomor 02 Tahun 2009, tanggal 2 November 2009 tentang Pemekaran dan Pembentukan Dusun Dalam Wilayah Desa Desaloka.

Melalui regulasi ini, terbentuklah tiga dusun baru dengan nama yang mencerminkan sejarah dan identitas lokal masyarakatnya, yaitu:

  1. Dusun Rempe Loka, yang mempertahankan nama asal wilayahnya;
  2. Dusun Segunter, dari nama seorang Seh atau kiai yang dahulu tinggal dan berperan penting di wilayah tersebut;
  3. Dusun Umatuan, berasal dari sebutan “tuan tanah”, merujuk pada pemilik lahan luas yang kemudian dijual untuk pembangunan dan pemukiman warga.

Potensi dan Kekayaan Budaya Desa

Mayoritas penduduk Desa Desaloka menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan peternakan. Bahkan, menjadi penopang utama ketersediaan pangan dan sumber nutrisi bagi daerah bahkan bangsa.

“Sebagian besar masyarakat desa adalah petani dan peternak. Dari hasil bumi dan ternak inilah mereka ikut berkontribusi terhadap ketersediaan pangan dan gizi untuk negeri,” demikian dalam video dokumenter di kanal YouTube @memelukseteluk4813 yang dikutip Jumat, 7 November 2025.

Meskipun sempat dilanda gempa besar pada tahun 2018 lalu, masyarakat Desa Desaloka menunjukkan semangat luar biasa untuk bangkit dan membangun kembali kehidupan mereka. Warga saling bahu-membahu memulihkan desa, memperkuat solidaritas, dan menjaga nilai-nilai gotong royong.

“Gempa pernah mengguncang, tapi masyarakat tidak runtuh. Justru masyarakat semakin kompak dan saling membantu. Kekompakan inilah yang menjadi aset penting bagi Desa Desaloka,” ujar narasumber dalam video tersebut.

Selain potensi ekonomi dari sektor pertanian dan peternakan, Desa Desaloka juga kaya akan tradisi dan budaya lokal yang tetap lestari hingga saat ini.

Beragam kegiatan budaya seperti karapan kerbau, karapan ayam, sekeco, hingga sedekah orong menjadi bagian dari identitas sosial masyarakat yang menggambarkan harmoni antara manusia, alam, dan tradisi.

Tanggapan Pemprov NTB

Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat sektor-sektor potensial daerah, seperti pertanian, kelautan, pariwisata, dan sejumlah sektor lainnya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTB, Iswandi mengatakan, setiap sektor memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Termasuk pada skala desa.

Dalam RPJMD pemerintah daerah telah menetapkan arah pemgembangan sektor-sektor potensial melalui program unggulan agromaritim, yang fokusnya untuk membentuk ekosistem industri agromaritim dari hulu ke hilir. Prioritas dukungan untuk menguatkan swasemenda pangan, serta hilirisasi dan industri pengolahan.

“Sektor-sektor potensial tetap menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat kita. Pemerintah terus memberikan dukungan, misal pada sektor pertanian, seperti mulai dari penyediaan benih unggul, pupuk, hingga fasilitasi pemasaran hasil panen,” ujarnya.

Langkah ini, lanjut Iswandi, sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan dan berbasis potensi lokal.

“Masing-masing daerah, tentu memiliki potensi pada sektor yang berbeda-beda. Itu yang akan kita upayakan untuk terus dikembangkan,” ujarnya.

Selain pertanian, sektor kelautan juga menjadi fokus. Termasuk pariwisata. Menjadi program unggulan NTB Pariwisata Berkualitas yang arah pengembangannya terintegrasi dengan pariwisata Bali dan NTT. Sehingga, memperkuat sisi konektivitas logistik maupun mobilitas orang atau penumpang.

“Dengan demikian standar destinasi yang ada di NTB mesti mengikuti standar-standar yang berlaku secara internasional karena Bali menjadi hub pariwisata internasional,” ujarnya.

“Semua sektor ini saling terkait. Jika kita kuatkan bersama, maka dampaknya akan luas, bukan hanya bagi ekonomi daerah, tapi juga kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.

Pemerintah provinsi juga mendorong kolaborasi antara pemerintah kabupaten/kota, pelaku usaha, dan masyarakat untuk memperkuat rantai nilai di setiap sektor.

“Melalui pendekatan ini, diharapkan pertumbuhan ekonomi NTB tidak hanya bertumpu pada satu sektor, tetapi lebih merata dan berkelanjutan,” ujarnya. (*)

Alan Ananami

Jurnalis NTBSatu

Berita Terkait

Back to top button