Desa Mantar, Negeri di Atas Awan yang Mendunia dari Sumbawa Barat
Jakarta (NTBSatu) – Desa Mantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), semakin dikenal luas sebagai destinasi wisata unggulan yang menawarkan pesona alam menakjubkan.
Berada di ketinggian 685 meter di atas permukaan laut, desa ini mendapat julukan sebagai “Negeri di Atas Awan”. Sebab, pada pagi hari lereng bagian timurnya diselimuti hamparan awan tebal yang tampak seperti lautan putih.
Mengutip laman resmi Kementerian Pariwisata dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumbawa Barat, Desa Mantar bukan hanya terkenal dengan panorama awannya. Tetapi juga karena menjadi pusat olahraga dirgantara, khususnya paralayang. Bukit Mantar sebagai tempat take off terbaik bagi para pecinta olahraga udara tersebut.
“Terbang paralayang adalah terbang bebas di udara menggunakan kain parasut yang didesain seaman mungkin. Kegiatan ini bisa dilakukan sendiri atau berdua,” tulis laman resmi Kementerian Pariwisata.
Keindahan alam yang berpadu dengan sensasi terbang di atas awan menjadikan Desa Mantar magnet wisata yang mendunia. Tidak hanya wisatawan lokal, turis mancanegara juga telah banyak berkunjung ke desa yang masuk dalam destinasi unggulan Sumbawa Barat ini.
“Para wisatawan yang datang ke Kabupaten Sumbawa Barat, baik untuk urusan pekerjaan maupun wisata, merasa belum lengkap jika belum berkunjung ke Desa Mantar,” tulis laman resmi Pemkab Sumbawa Barat.
Tuan Rumah Festival Paralayang Dunia
Selain panorama menakjubkan, akses menuju Desa Mantar kini semakin mudah. Berdasarkan laporan Prokopim Sumbawa Barat, jalan menuju lokasi sudah aspal, menggantikan jalan berbatu dan berdebu yang dulu menguji adrenalin para pengunjung.
“Kini kondisi jalan tersebut sudah tidak lagi dirasakan oleh para pengunjung. Karena Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat telah menuntaskan hotmix jalan akses hingga tiba di Desa Mantar,” ungkap laporan tersebut.
Sebagai lokasi paralayang terbaik di Indonesia, Bukit Mantar juga telah menjadi tuan rumah Festival Paralayang Internasional. Pesertanya berasal dari berbagai negara di antaranya Australia, Jerman, China, Finlandia, dan Malaysia.
Bakal Jadi Venue Paralayang PON 2028
Sementara itu, mengutip laman resmi PPID Sumbawa Barat, Desa Mantar menjadi calon kuat venue cabor paralayang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2028 NTB dan NTT.
“Kita targetkan Mantar bisa menjadi tuan rumah untuk PON, khususnya cabang olahraga paralayang,” ujar Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga KSB, Drs. Burhanuddin.
Ia menyebut, seluruh daerah di NTB dan NTT kini berlomba menjadi tuan rumah cabang olahraga masing-masing. Namun, Pemerintah KSB optimistis Mantar lebih siap, mengingat desa wisata di ketinggian 685 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini pernah menjadi lokasi kejuaraan dunia paralayang beberapa tahun lalu.
Untuk memperkuat kesiapan, Pemerintah KSB mulai menata lanjutan kawasan Mantar sesuai master plan yang menggabungkan konsep desa wisata dan olahraga udara.
“Jalan sudah hotmix dan landasan paralayang sudah ada, tinggal menambah beberapa fasilitas pendukung,” jelas Burhanuddin.
Selain paralayang, Pemerintah KSB juga menargetkan menjadi tuan rumah cabang panahan dengan opsi lokasi di Danau Lebo Taliwang atau pesisir pantai Taliwang.
Burhanuddin menegaskan, jika KSB menjadi salah satu tuan rumah PON 2028, hal itu akan membawa dampak besar bagi ekonomi lokal.
“Tingkat hunian hotel hingga perputaran ekonomi masyarakat pasti meningkat. Tujuan utama kita tentu itu,” tutupnya.
Tanggapan Pemprov NTB
Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat sektor-sektor potensial daerah, seperti pertanian, kelautan, pariwisata, dan sejumlah sektor lainnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTB, Iswandi mengatakan, setiap sektor memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Termasuk pada skala desa.
Dalam RPJMD pemerintah daerah telah menetapkan arah pemgembangan sektor-sektor potensial melalui program unggulan agromaritim, yang fokusnya untuk membentuk eko sistem industri agromaritim dari hulu ke hilir. Prioritas dukungan untuk menguatkan swasemenda pangan, serta hilirisasi dan industri pengolahan.
“Sektor-sektor potensial tetap menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat kita. Pemerintah terus memberikan dukungan, misal pada sektor pertanian, seperti mulai dari penyediaan benih unggul, pupuk, hingga fasilitasi pemasaran hasil panen,” ujarnya.
Langkah ini, lanjut Iswandi, sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan dan berbasis potensi lokal.
“Masing-masing daerah, tentu memiliki potensi pada sektor yang berbeda-beda. Itu yang akan kita upayakan untuk terus dikembangkan,” ujarnya.
Selain pertanian, sektor kelautan juga menjadi fokus. Termasuk pariwisata. Menjadi program unggulan NTB Pariwisata Berkualitas yang arah pengembangannya terintegrasi dengan pariwisata Bali dan NTT. Sehingga, memperkuat sisi konektivitas logistik maupun mobilitas orang atau penumpang.
“Dengan demikian standar destinasi yang ada di NTB mesti mengikuti standar-standar yang berlaku secara internasional karena Bali menjadi hub pariwisata internasional,” ujarnya.
“Semua sektor ini saling terkait. Jika kita kuatkan bersama, maka dampaknya akan luas, bukan hanya bagi ekonomi daerah, tapi juga kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Pemerintah provinsi juga mendorong kolaborasi antara pemerintah kabupaten/kota, pelaku usaha, dan masyarakat untuk memperkuat rantai nilai di setiap sektor.
“Melalui pendekatan ini, diharapkan pertumbuhan ekonomi NTB tidak hanya bertumpu pada satu sektor, tetapi lebih merata dan berkelanjutan,” ujarnya. (*)



