Kota Mataram

Fenomena Pengamen di Mataram, Antara Nafkah dan Ketertiban Kota

Mataram (NTBSatu) – Di tengah riuh rendah lalu lintas dan langkah pejalan kaki di kawasan Teras Udayana, Kota Mataram, suara merdu seorang pengamen kerap terdengar mengalun pelan. Menemani pengunjung yang duduk melepas lelah di tepi jalan. Dialah Robi, pria asal Jawa yang kini menggantungkan harapannya pada senar gitar dan lagu-lagu yang ia hafal.

Sudah dua tahun terakhir, Robi menetap di Kota Mataram. Mencoba peruntungan hidup dengan mengamen. Tidak banyak bekal yang ia bawa saat memutuskan merantau, selain tekad dan suara yang menurutnya “hanya bisa nyanyi sedikit-sedikit”.

“Saya tidak punya keahlian khusus, hanya bisa nyanyi sedikit-sedikit,” katanya kepada NTBSatu di Teras Udayana, Minggu, 29 Juni 2025.

Robi tinggal seorang diri di sebuah kamar kos sederhana di kawasan Karang Kelok. Setiap pagi, ia keluar rumah dengan membawa gitar lusuhnya. Berjalan menyusuri trotoar, menunggu lampu merah, dan sesekali singgah di sudut Teras Udayana yang teduh.

IKLAN

Dengan suara pelan yang tak jarang mengundang senyum pejalan kaki, Robi membawakan lagu-lagu yang akrab di telinga banyak orang. Mulai dari tembang lawas hingga lagu pop kekinian, semua ia bawakan dengan sepenuh hati. Dari hasil mengamen ini, ia bisa membawa pulang sekitar Rp100 ribu setiap hari.

“Cukup buat bayar kos, makan sehari-hari. Kadang bisa lebih, kadang kurang,” ujarnya lirih.

Bagi Robi, suara dan gitarnya bukan sekadar alat mencari nafkah, tetapi juga jembatan untuk tetap bertahan dalam kerasnya hidup di kota rantau. Di antara lalu lalang kendaraan dan deru kota, suara Robi menjadi jeda yang menenangkan, meski hanya sekejap, bagi siapa saja yang melewati Teras Udayana.

IKLAN

Di sudut kota yang terus bergerak cepat, Robi adalah pengingat bahwa setiap orang punya caranya sendiri untuk bertahan, untuk berharap, dan untuk tetap berjalan, meski perlahan.

Pengamen dan Ruang Publik yang Tertib

Pemerintah Kota Mataram melalui Dinas Sosial menegaskan pentingnya menjaga kenyamanan ruang publik dan kawasan pariwisata. Kepala Dinas Sosial Kota Mataram, Lalu Samsul Adnan menegaskan keberadaan pengamen perlu ditata agar tidak mengganggu kenyamanan masyarakat maupun wisatawan.

“Kami ingin memastikan bahwa ruang publik tetap tertib dan nyaman. Jika mereka bukan dari kalangan kurang mampu, kami arahkan untuk mengikuti kegiatan yang lebih produktif dan positif,” tegasnya.

IKLAN

Namun, ia menambahkan bahwa pengamen yang benar-benar berasal dari keluarga prasejahtera dan terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) akan difasilitasi untuk mengikuti berbagai program pemberdayaan sosial.

“Bagi yang masuk DTKS, kami akan arahkan ke pelatihan atau pendampingan, bekerja sama dengan dinas teknis lainnya,” jelasnya.

Samsul juga mengimbau masyarakat untuk bijak dalam memberi bantuan langsung di jalanan. Ia berharap bantuan sosial dapat tersalurkan secara tepat sasaran melalui program pemerintah yang lebih terstruktur.

“Kami harap masyarakat tidak serta-merta memberikan uang di jalan, agar ruang publik tetap kondusif dan penanganan sosial bisa lebih optimal,” tambahnya. (*)

Berita Terkait

Back to top button