Mataram (NTBSatu) – Di tengah hiruk pikuk dinamika kampus, selalu ada sosok yang bekerja dalam diam. Tak banyak bicara, tapi langkahnya pasti. Salah satunya adalah Nur Ramdiatul Aulia, mahasiswa Prodi PGSD STKIP Taman Siswa Bima, asal Bedi, Kota Bima.
Ia menuntaskan studinya hanya dalam waktu 3,5 tahun.
Sejak awal, tekadnya sudah bulat, yakni Menjadi guru SD. Aulia memilih STKIP Taman Siswa Bima bukan tanpa alasan, menurutnya kampus ini terbukti konsisten mencetak guru berkualitas. Dari sanalah ia kemudian memulai perjalanan akademik yang penuh strategi.
“Sejak semester awal, saya sudah mencicil tugas akhir. Saya berusaha menghindari aktivitas yang tidak penting dan menjaga manajemen waktu. Itu saja,” ucapnya.
Tapi di balik ucapannya yang sederhana, tersimpan disiplin luar biasa. Ia terbiasa mengerjakan tugas segera setelah diberikan. Menjauhi budaya deadline, dan memanfaatkan waktu di sela-sela kegiatan organisasi untuk tetap produktif di bidang akademik.
Tantangan tentu hadir. Beberapa kali laptopnya rusak, kondisi ekonomi keluarga pun sempat menjadi ganjalan. Tapi baginya, semua itu bukan alasan untuk berhenti. Ia justru belajar mengerjakan beberapa tugas bersamaan.
Ia duduk di sekretariat KOPMA “BERADAB”, menyusun laporan kegiatan sambil menyelesaikan esai kuliah. “Multitasking itu bukan beban, tapi solusi,” ungkapnya.
Pendiri Kopma Beradab
Nur Ramdiatul Aulia tidak hanya unggul di kelas. Ia menjadi salah satu pendiri dan Ketua KOPMA “BERADAB” TAMSIS selama dua periode. Aktif mengikuti program Kampus Mengajar, dan terlibat dalam diklat, pelatihan kewirausahaan, hingga penelitian pendidikan dasar yang ia lakukan sendiri di SDN 42 Kota Bima.
Penelitiannya mengangkat tema pengembangan media video digital interaktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Bukti bahwa ia tidak hanya berbicara perubahan, tapi turut menciptakannya.
Baginya, kunci untuk tetap konsisten hanyalah satu, mengingat perjuangan orang tua. “Saya selalu ingat bagaimana orang tua berjuang memberikan saya pendidikan. Itu yang menjaga saya tetap berjalan, meskipun pelan,” katanya dengan mata berbinar.
Kini, dengan gelar sarjana yang ia raih lebih cepat, Ramdiatul menatap masa depan. Ia bercita-cita melanjutkan studi PPG atau S2 dengan peluang beasiswa. Bukan demi prestise, tapi karena ia tahu, semakin tinggi ilmu yang ia miliki, semakin luas manfaat yang bisa ia sebarkan. (*)