Mataram (NTBSatu) – Momen haru menyelimuti ribuan karyawan PT Sritex yang harus menghadapi kenyataan pahit pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Perusahaan tekstil raksasa dari Indonesia yang dulu berjaya sebagai produsen seragam militer untuk 35 negara kini tinggal kenangan.
Dalam unggahan video di akun Instagram pribadinya pada Sabtu, 1 Maret 2025, Direktur Utama sekaligus Pemilik PT Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto, membagikan momen perpisahan bersama ribuan karyawan.
Terlihat mereka duduk bersama, masih mengenakan seragam kerja dengan atasan biru muda dan topi kuning sembari menyanyikan lagu “Kenangan Terindah” dari band Samsons.
Tangis pecah di tengah kebersamaan itu. Tidak ada amarah, tidak ada aksi demonstrasi. Hanya kesedihan yang terpancar dari wajah para pekerja yang telah mengabdikan diri bertahun-tahun di Sritex.
Dalam video tersebut, Iwan tampak berusaha tegar, duduk di tengah kerumunan karyawan sambil menyampaikan pesan penuh makna.
“Kekeluargaan ini harus terus kita jaga. Para kurator selalu membicarakan aset. Namun mereka lupa, aset yang paling berharga adalah kita semuanya ini,” ucapnya.
Pernyataan itu mendapat sambut riuh tepuk tangan dari para karyawan, yang tak kuasa menahan air mata.
Akhir dari Sritex menandai berakhirnya sebuah era kejayaan industri tekstil nasional.
Namun, di tengah keterpurukan, momen kebersamaan yang terekam dalam unggahan Instagram Iwan K. Lukminto menjadi simbol bahwa Sritex bukan sekadar bisnis. Tetapi juga keluarga yang pernah besar bersama.
Ribuan Karyawan Kehilangan Pekerjaan
Empat pabrik tekstil yang tergabung dalam Sritex Group resmi melakukan PHK terhadap 10.965 pekerja pada Januari–Februari 2025.
Proses ini terjadi setelah Mahkamah Agung memperkuat putusan Pengadilan Niaga Semarang yang menyatakan Sritex dan tiga entitas afiliasinya, yaitu PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya dalam keadaan pailit.
Rincian PHK yang terjadi pada Januari 2025. Sebanyak 1.065 karyawan PT Bitratex Industries Semarang terkena PHK.
Kemudian pada 26 Februari 2025, 8.504 karyawan PT Sritex Sukoharjo, 956 karyawan PT Primayudha Mandirijaya Boyolali, 40 karyawan PT Sinar Pantja Djaja Semarang dan 104 karyawan PT Bitratex Industries Semarang
Keputusan pailit ini pun menghentikan seluruh operasional Sritex mulai 1 Maret 2025.
Penyebab Kejatuhan Sritex
Sritex, yang pernah menjadi raksasa industri tekstil, mulai mengalami krisis keuangan sejak 2021.
Sahamnya disuspensi pada Mei 2021 akibat gagal membayar bunga dan pokok Medium Term Notes (MTN). Utang perusahaan terus membengkak hingga mencapai Rp24,3 triliun pada September 2023.
Kondisi ini diperburuk oleh berbagai faktor, seperti: persaingan ketat di pasar global, gangguan rantai pasok akibat pandemi Covid-19 dan penurunan permintaan ekspor akibat perang Rusia-Ukraina. (*)