BERITA NASIONALEkonomi Bisnis

FOMO Bahas PHK Massal Kompas Gramedia Group, Efesiensi Jadi Salah Satu Penyebab

Mataram (NTBSatu) – FOMO Indonesia, platform diskusi online anonim berbasis aplikasi mobile, menyoroti isu terkini seputar Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal di Kompas Gramedia Group mengguncang banyak pihak.

Platform ini, memberi ruang bagi warganet untuk berbicara tanpa identitas terbuka.

Nyatanya, isu mengenai Kompas Gramedia Group sedang menghadapi masa-masa sulit dengan gelombang PHK massal telah dibahas oleh akun @chihiroogino.

Menurutnya, KompasTV sudah memulai PHK lebih awal, dengan sektor tech, business, dan marketing di Harian Kompas menjadi yang pertama terdampak.

Ia juga mengisyaratkan bahwa anak perusahaan lainnya di bawah grup ini mungkin akan mengikuti jejak yang sama.

IKLAN

“Kompas TV sudah mulai duluan, minggu ini bagian tech, business, dan marketing di Harian Kompas, dan kemungkinan ke depannya beberapa anak perusahaan lain bakal kena PHK juga. Penyebabnya, revenue menurun akibat efisiensi pemerintah,” ujar akun chihiroogino, 27 Mei 2025 lalu.

Menggali lebih dalam, akun @Catnalyst menanyakan sejauh mana pengeluaran pemerintah berperan dalam menekan industri media.

“Semoga teman-teman di Kompas Group yang terdampak bisa mendapat solusi yang lebih baik. Tapi penasaran deh, seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah buat industri media? Atau ini lebih ke indirect consequence ya? Jadi, karena pemerintah menekan pengeluaran, ekonomi jadi agak lesu, dan bisnis jadi lebih hati-hati buat keluarin duit buat iklan,” tulis @Catnalyst.

Sementara itu, akun mipenn memberikan pandangannya tentang model kemitraan antara media dan pemerintah. Di mana bisa jadi salah satu alasan mengapa media mengalami kesulitan dalam menghadapi krisis ini.

“Selain langganan media cetak dan digital, bisa berupa kerja sama, medpart, event, iklan, sama up release. Seperti yang saya alami di media kemitraan dengan pemerintah (B2G) itu bentuk yang umum,” jelas mipenn

Tidak kalah penting, akun @URnIWZNs mengingatkan tentang ketergantungan media pada press release dan liputan dari pemerintah dan BUMN.

“Bisnis media banyak ngandelin press release atau liputan dari BUMN atau pemerintah, nilainya gede loh itu,” ungkapnya.

Pola Konsumsi Berita Mulai Bergeser

Sementara itu, akun oranglama berpendapat bahwa pola konsumsi berita masyarakat juga mulai bergeser, dengan preferensi yang lebih mengarah ke platform media sosial yang lebih bebas.

“Dulu saya masih baca detik.com, kompas.com setiap hari. Tapi lama-lama capek juga, baca berita yang kebanyakan politik dan lebih banyak bela pemerintah. Sekarang baca berita di IG aja, lebih banyak muncul dan bisa lihat dua sisi karena banyak komen-komen dari netizen juga,” jelasnya.

Perubahan besar ini juga tercermin pada Kompas TV, yang baru saja mengumumkan penghentian program Kompas Sport Pagi setelah hampir 12 tahun menemani pemirsa Indonesia. Presenter Kompas Sport Pagi, Githa Nila Maharkesri, mengungkapkan rasa haru dalam cuplikan siaran terakhirnya pada 30 April 2025.

“Tak terasa, inilah akhir perjalanan panjang Kompas Sport Pagi selama hampir 12 tahun menemani masyarakat,” ucap Githa dalam tayangan terakhir yang viral di akun TikTok @INDOTVTrends pada Kamis, 1 Mei 2025.

Sebuah perubahan besar sedang berlangsung di industri media Indonesia, dengan dampak yang terasa di seluruh sektor.

Pemerintah, ekonomi yang lesu, dan pergeseran perilaku konsumen menjadi faktor-faktor utama yang mendorong perubahan tersebut.

Perdebatan tentang bagaimana media beradaptasi pun menjadi salah satu topik hangat yang memacu banyak diskusi pada platform tersebut. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button