Kota Mataram

PHK di Kota Mataram Melonjak: Angkatan Kerja Membeludak, Pengangguran Kian Tinggi 

Mataram (NTBSatu) – Kota Mataram, NTB, sedang menghadapi krisis ketenagakerjaan yang semakin mengkhawatirkan.

Pasalnya, data terbaru Dinas Tenaga Kerja Kota Mataram menunjukkan tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) melonjak drastis sepanjang 2024. Peningkatannya hingga tujuh kali lipat daripada tahun sebelumnya.

“Data 2022 ada empat kasus PHK, 2023 naik menjadi tujuh kasus, dan 2024 melonjak tajam hingga 52 kasus. Kalau sampai Februari 2025 ini belum ada,” ungkap Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Mataram, Rudi Suryawan, Senin, 24 Februari 2025.

Ia mengaku, lonjakan angka PHK ini tak berdampak langsung pada peningkatan angka pengangguran di Kota Mataram. Sebab, hanya naik 0,07 persen dari 2023 ke 2024 menurut data BPS.

Meskipun kenaikannya terlihat kecil, angka ini mencerminkan situasi genting. Terutama, bagi ribuan pencari kerja yang kesulitan menemukan lapangan pekerjaan baru.

IKLAN

Kondisi ini tambah parah dengan jumlah angkatan kerja yang terus meningkat, tanpa adanya keseimbangan ketersediaan lapangan kerja.

Lapangan Kerja Sempit

Dinas Tenaga Kerja Kota Mataram pun mencatat, hanya 150 perusahaan yang beroperasi di Ibukota Provinsi NTB ini. Sementara jumlah angkatan kerja pada Agustus 2023, sebanyak 220 ribu lebih orang dan terus bertambah setiap tahunnya.

Rudi mengakui, terbatasnya lowongan kerja menjadi tantangan utama yang pihaknya hadapi dalam mengatasi masalah pengangguran. 

“Angkatan kerja meningkat, tetapi yang tidak terserap ada sekitar sepuluh ribuan,” jelasnya.

Pernyataan ini menunjukkan, puluhan ribu orang di Kota Mataram kini berada dalam ketidakpastian ekonomi. Serta, berjuang untuk mencari nafkah di tengah lapangan kerja yang semakin sempit. 

Di tengah sulitnya mencari pekerjaan, banyak warga yang akhirnya memilih berwirausaha untuk menyambung hidup.

Salah satunya warga Cakranegara, Dedi (30 tahun) yang terpaksa membuka usaha kecil-kecilan setelah kesulitan mendapatkan pekerjaan.

“Sudah setahun ini cari kerja, tapi tidak dapat-dapat. Usia 30 tahun dianggap sudah tua untuk beberapa perusahaan. Akhirnya, saya buka usaha makanan kecil-kecilan di rumah,” ungkapannya,

Dedi mengaku, keputusan untuk berwirausaha bukanlah hal mudah. Kurangnya modal dan ketidakpastian pasar menjadi tantangan berat yang harus ia hadapi setiap hari.

Meski begitu, Dedi tetap berusaha bertahan dan berharap Pemerintah Kota Mataram lebih serius membantu pelaku usaha kecil. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button