Lombok Timur

Ambruk Diterjang Banjir, Warga Perigi Bangun Jembatan Darurat Pakai Bambu

Lombok Timur (NTBSatu) – Warga Dusun Aik Beta, Desa Perigi, Kecamatan Suela, Lombok Timur, membangun jembatan darurat secara swadaya, setelah jembatan penghubung menuju Desa Puncak Jeringo ambruk saat banjir akibat hujan deras beberapa bulan lalu.

Warga memilih menggunakan bambu sebagai material utama, karena janji pembangunan jembatan sementara belum terealisasi hingga kini.

Jembatan bambu tersebut kini menjadi akses vital masyarakat untuk beraktivitas sehari-hari, mulai dari mengangkut hasil pertanian hingga jalur anak-anak menuju sekolah dan tempat mengaji.

Warga membangun jembatan darurat itu di tengah kekhawatiran terhadap keselamatan, mengingat struktur bambu yang digunakan bersifat rapuh dan tidak tahan lama.

IKLAN

Pemkab Segera Bangun Jembatan Bailey

Sebelumnya, Bupati Lombok Timur, Haerul Warisin meninjau lokasi jembatan ambruk di Dusun Aik Beta dan berjanji akan mendatangkan jembatan sementara jenis Bailey, dengan estimasi anggaran sekitar Rp800 juta.

Bupati bahkan memastikan pemasangan jembatan tersebut hanya membutuhkan waktu singkat. “Saya kasih batas waktu tiga atau empat hari jembatan sementara itu akan datang ke sini,” ujar Bupati saat meninjau lokasi pada November 2025 lalu.

Namun hingga sekarang, jembatan Bailey yang dijanjikan belum juga terpasang. Kondisi tersebut memicu kekecewaan warga yang merasa janji pemerintah tidak kunjung ditepati.

Akhirnya, warga memutuskan untuk bergerak sendiri membangun jembatan darurat demi kelangsungan aktivitas mereka. Jupli, warga Dusun Aik Beta, mengaku kesal karena harus menunggu terlalu lama tanpa kejelasan.

“Janjinya empat hari jembatan sudah terbangun, tapi sampai hari ini tidak ada kabarnya. Jadi kami membuat jembatan yang terbuat dari bambu,” kata Jupli, Rabu, 24 Desember 2025.

Jupli menjelaskan, jembatan darurat itu memang tidak kokoh, namun sangat membantu warga, khususnya para petani. “Sebenarnya tidak terlalu kuat, tapi bermanfaat lah untuk kami sebagai petani, kami bisa lewatkan pupuk kami dan lain sebagainya,” ujarnya.

Ia menambahkan, warga merasa miris melihat anak-anak dan masyarakat harus menyeberangi sungai setiap hari tanpa pengaman yang layak.

“Belum lagi anak-anak setiap pergi ngaji dan sekolah harus menyeberangi sungai. Kami takut kalau tiba-tiba air sungai besar,” tuturnya.

Jupli berharap, Pemerintah Kabupaten Lombok Timur segera menepati janji dengan mendatangkan jembatan Bailey. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button