Pelaku Pariwisata Sayangkan Tagar #PrayForSembalun, Khawatir Libur Nataru Sepi
Lombok Timur (NTBSatu) – Kunjungan wisata ke kawasan Sembalun, Lombok Timur, anjlok setelah video bertuliskan #PrayForSembalun beredar di media sosial dan menarasikan kondisi banjir serta longsor secara berlebihan.
Penurunan minat wisatawan itu langsung memukul pedagang dan pelaku usaha jasa wisata, yang selama ini menggantungkan pendapatan pada ramainya kunjungan. Terutama, menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Pelaku usaha di Sembalun kompak mengeluhkan sepinya wisatawan sejak video berdurasi 32 detik tersebut viral. Video yang dinilai mengandung misinformasi itu menggambarkan, seolah-olah Sembalun berada dalam kondisi bencana besar. Padahal, situasi di lapangan tidak sesuai dengan narasi yang tersebar.
Pedagang stroberi lokal, Holkin mengatakan, video tersebut berdampak langsung terhadap pendapatannya. Ia menegaskan, visual yang tampil hanya menunjukkan genangan air di jalan dan luapan sungai akibat sampah serta curah hujan tinggi.
“Sepi, tidak seperti hari biasanya. Tulisan #PrayForSembalun itu menurut saya berlebihan,” ujarnya, Kamis, 11 Desember 2025.
Keluhan serupa disampaikan Resil, pemilik camping ground. Ia mengungkapkan, banyak tamunya membatalkan kunjungan setelah melihat video itu.
Menurutnya, calon wisatawan menjadi ragu dan terus menanyakan kondisi terkini sebelum memutuskan datang. “Tamu tentu mikir-mikir lagi untuk berkunjung,” kata Resil.
Ia khawatir, kondisi tersebut akan merugikan penyedia jasa wisata pada puncak musim libur Nataru.
Tanggapan Pemerintah Desa
Kepala Desa Sembalun Bumbung, Sunardi juga menyayangkan penyebaran video yang dinilai menyesatkan publik. Ia meminta para konten kreator lebih bijak dalam mengunggah informasi, agar tidak menciptakan keresahan atau merusak citra destinasi wisata.
Sunardi menegaskan, genangan air dalam video memang terjadi dua hari sebelumnya akibat hujan deras, namun tidak menimbulkan korban jiwa. Ia menjelaskan, luapan air terjadi karena sungai tersumbat sampah sehingga air masuk ke ruas jalan dan sebagian sawah warga.
Pemerintah desa telah berkoordinasi dengan BPBD untuk melakukan normalisasi sungai agar kejadian serupa tidak terulang. “Kami sayangkan video viral ini. Narasi dalam video itu tidak seperti kondisi sebenarnya,” tegasnya.
Situasi ini memperlihatkan dampak serius dari informasi yang tidak akurat, terutama bagi sektor pariwisata yang sangat bergantung pada persepsi publik. Pelaku wisata berharap, kunjungan segera pulih dan masyarakat lebih selektif dalam membagikan konten yang berkaitan dengan kondisi suatu daerah. (*)



