Kemacetan di Mataram Semakin Serius, Pemkot Lakukan Evaluasi Tata Ruang dan Mobilitas
Mataram (NTBSatu) – Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram mulai melakukan evaluasi besar-besaran terhadap tata ruang dan sistem mobilitas, setelah kemacetan semakin banyak dikeluhkan warga. Masalah kemacetan yang dulunya hanya muncul pada jam-jam tertentu, kini telah berkembang menjadi persoalan serius di sejumlah ruas utama kota.
Bahkan, isu ini menjadi sorotan utama dalam Rapat Lintas Sektor Pembahasan Rancangan Perda RTRW Kota Mataram 2025–2045 bersama Kementerian ATR/BPN RI di Jakarta. Wali Kota Mataram, H. Mohan Roliskana menegaskan, kemacetan telah menjadi tantangan baru yang harus pemerintah daerah respons cepat.
“Volume kendaraan meningkat signifikan, sementara kapasitas jalan tidak berubah. Kemacetan ini sudah masuk kategori serius sehingga perlu evaluasi menyeluruh dalam penataan ruang,” katanya, Senin, 1 Desember 2025.
Kawasan Jempong – Pagesangan Jadi Bukti Nyata Kemacetan
Ruas jalan Jempong – Pagesangan menjadi contoh paling jelas bagaimana infrastuktur yang ada tidak lagi mampu menampung peningkatan mobilitas. Kehadiran dua universitas besar, tumbuhnya perumahan baru, serta sempitnya akses jalan membuat kawasan ini menjadi titik macet yang semakin kronis.
Kemudian, Kantor Wali Kota Mataram yang berada di Jalan Lingkar sedang dalam proses pembangunan.
Pada jam kuliah dan pulang kerja, antrean kendaraan bisa mengular hingga ratusan meter.
Jalan Dakota Rembiga: Kapasitas Ruas tak Seimbang dengan Pertumbuhan Wilayah
Di wilayah utara kota, Jalan Dakota Rembiga juga menunjukkan tren kemacetan yang kian mengganggu. Jalan yang relatif sempit kini harus menampung mobilitas warga dari area perumahan, pertokoan, hingga pergerakan menuju pusat aktivitas kota. Pertumbuhan kawasan tidak diikuti peningkatan daya tampung jalan, sehingga kemacetan terus meluas.
Simpang Bank Indonesia – Pejanggik, Titik Paling Padat di Pusat Kota
Simpang Bank Indonesia – Pejanggik menjadi titik kemacetan paling berat di pusat kota. Konsentrasi perkantoran, perbankan, dan keberadaan tiga sekolah menyebabkan penumpukan kendaraan setiap pagi.
Ruas pendukung, seperti Jalan Airlangga juga ikut terdampak karena limpahan kendaraan dari titik tersebut. Pemkot Mataram menegaskan kebutuhan mendesak untuk memperbarui kapasitas jaringan jalan, membuka jalur baru, dan memperbaiki konektivitas antar-wilayah.
“Kemacetan ini tidak bisa dibiarkan terus meluas. Karena itu, evaluasi melalui RTRW menjadi kunci untuk menentukan arah kebijakan transportasi Mataram ke depan,” ujar Mohan.
Evaluasi ini meliputi pemerataan pembangunan infrastruktur jalan, penguatan manajemen lalu lintas, penataan kawasan pendidikan dan perumahan, pengendalian pola ruang agar beban mobilitas tidak menumpuk di titik tertentu. (*)



