Inilah 10 Negara yang Bisa Dicontoh Indonesia Berhasil Redenominasi Mata Uang
Mataram (NTBSatu) – Isu redenominasi kembali mencuri perhatian publik Indonesia, setelah masuk dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2025–2029 yang digagas oleh Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa.
Langkah ini membuka kembali pembahasan lama mengenai penyederhanaan nilai rupiah, yang sebelumnya pernah muncul pada 2010 melalui inisiatif Bank Indonesia.
Redenominasi merupakan upaya pemerintah untuk menyederhanakan nilai rupiah, dengan menghapus sebagian nol pada nominal uang tanpa mengubah nilai tukar maupun daya beli masyarakat. Misalnya, uang Rp1.000 akan menjadi Rp1 setelah redenominasi, namun nilainya tetap setara.
Pemerintah menegaskan, langkah ini tidak akan memengaruhi pendapatan riil, inflasi, maupun kesempatan kerja, melainkan bertujuan menciptakan efisiensi transaksi dan memperkuat persepsi stabilitas ekonomi nasional.
Kebijakan serupa telah dijalankan oleh berbagai negara dengan hasil yang beragam. Beberapa negara sukses menekan inflasi dan memperbaiki sistem moneter mereka.
Sementara yang lain menghadapi tantangan berat, akibat kondisi ekonomi yang belum stabil saat pelaksanaan redenominasi.
Indonesia dapat mengambil pelajaran dari pengalaman negara-negara tersebut, agar kebijakan redenominasi bisa berjalan efektif dan terukur.
10 Negara dengan Pengalaman Redenominasi Mata Uang
Melansir Goodstats, berikut daftar negara yang pernah menjalankan redenominasi dan hasil yang mereka capai:
1. Hongaria (1946)
Hongaria menjadi negara pertama yang melaksanakan redenominasi setelah hiperinflasi ekstrem pasca-Perang Dunia II. Pemerintah mengganti mata uang pengő menjadi forint dengan memangkas 29 digit nol dari nilai lama.
2. Zimbabwe (2009)
Zimbabwe memotong 12 angka nol dari dolar Zimbabwe, untuk menahan inflasi yang sempat mencapai 79,6 miliar persen per bulan. Satu dolar baru setara dengan 1 triliun dolar lama.
3. Yunani (1944)
Yunani mengganti Drachma pertama menjadi Drachma kedua setelah inflasi tinggi di masa perang. Reformasi ini perlahan menurunkan inflasi di bawah 50 persen.
4. Jerman (1923)
Jerman merombak mata uang Papiermark menjadi Rentenmark, untuk mengendalikan inflasi yang melonjak hingga 29.500 persen. Pemerintah memangkas 12 digit nol dari nilai nominal lama.
5. Yugoslavia (1990–1994)
Yugoslavia menjalankan empat kali redenominasi selama masa perang saudara. Pemerintah mengganti dinar lama hingga miliaran kali lipat, akibat hiperinflasi ekstrem yang mencapai 1 juta persen.
6. China (1949)
China memperkenalkan yuan emas dan yuan perak, untuk mengendalikan inflasi yang melonjak akibat perang. Pemerintah kemudian menetapkan renminbi sebagai mata uang resmi dan melakukan redenominasi 10.000 yuan lama menjadi 1 yuan baru, pada 1955.
7. Nikaragua (1991)
Nikaragua menukar cordoba lama menjadi cordoba oro dengan rasio 1 banding 5 juta, untuk mengendalikan inflasi yang pernah mencapai 13.000 persen per tahun.
8. Zaire atau Kongo (1993)
Pemerintah Kongo memperkenalkan Nouveau Zaire untuk mengganti mata uang lama dengan rasio 3 juta banding 1. Namun, inflasi tetap berlanjut hingga akhirnya negara ini beralih ke franc Kongo pada 1997.
9. Bolivia (1987)
Bolivia mengubah peso boliviano menjadi boliviano baru dengan rasio 1 juta banding 1, untuk menekan hiperinflasi dan memulihkan stabilitas ekonomi.
10. Peru (1980–1990-an)
Peru mengganti mata uang inti sol lama menjadi sol baru dengan rasio konversi besar, guna menekan inflasi dan memperkuat sistem moneter nasional.
Berdasarkan pengalaman berbagai negara, redenominasi dapat menjadi solusi jangka panjang jika pemerintah mempersiapkan fondasi ekonomi secara matang. (*)


