Kota Mataram

Sekarbela Jadi Zona Merah Stunting di Kota Mataram

Mataram (NTBSatu) – Kecamatan Sekarbela masih menjadi zona merah stunting atau wilayah dengan angka kasus tertinggi di Kota Mataram.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kota Mataram, H. Moh. Carnoto mengungkapkan, meski angka stunting secara umum sudah menurun drastis, Sekarbela tetap menjadi fokus utama penanganan.

“Khusus di wilayah selatan, terutama Sekarbela, prevalensinya masih tertinggi dibanding kecamatan lain,” jelas Carnoto, Senin, 25 Agustus 2025.

Kasus stunting wilayah ini, lanjut Carnoto, sempat mencapai 21 persen. Berkat kerja keras dan kolaborasi, saat ini sudah berhasil turun hingga di bawah 10 persen.

Ia menekankan, tingginya kasus stunting di Sekarbela bukan semata-mata karena masalah gizi, melainkan faktor lingkungan yang jauh lebih kompleks.

IKLAN

Kesehatan lingkungan yang buruk, sanitasi tidak layak, hingga pola asuh anak yang kurang tepat menjadi penyumbang terbesar.

“Bukan hanya soal makanan. Bagaimana pola asuh orang tua, kondisi rumah, ventilasi, dan sanitasi keluarga, semua itu sangat berpengaruh,” jelasnya.

Secara provinsi, Kota Mataram menempati urutan kedua prevalensi stunting terendah di NTB, setelah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Pemerintah Kota Mataram menargetkan angka stunting turun hingga 5 persen.

“InsyaAllah target itu bisa tercapai. Kolaborasi pentahelix terus berjalan, dan tren data E-PPGBM juga menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Dari yang sebelumnya di atas 20 persen, kini turun menjadi sekitar 6,7 persen atau sekitar 1.500 kasus,” terangnya.

Berbagai upaya terus digencarkan, mulai dari Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting hingga program MBG yang menyasar ibu hamil agar lebih siap secara kesehatan dan gizi. (*)

IKLAN

Berita Terkait

Back to top button