25.595 Jiwa Terdampak, Kota Mataram Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana

Mataram (NTBSatu) – Banjir hebat yang melanda Kota Mataram pada Minggu, 6 Juli 2025, telah memporak-porandakan kehidupan setidaknya 25.595 jiwa dari 6.511 Kepala Keluarga (KK).
Berdasarkan laporan dari BPBD Kota Mataram per Selasa, 8 Juli 2025 pukul 08.00 Wita, masih ada 125 jiwa yang mengungsi dan 8 korban luka.
Curah hujan ekstrem yang mengguyur wilayah Mataram secara merata, menyebabkan 7.676 rumah terendam air setinggi hingga dua meter. Satu orang meninggal dunia akibat tersengat listrik di wilayah Ampenan.
Menyusul situasi ini, Pemerintah Kota Mataram menetapkan status tanggap darurat bencana yang berlaku selama 14 hari ke depan.
Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana menegaskan, status darurat bencana masih berlaku hingga 20 Juli 2025. Tim reaksi cepat dari berbagai instansi masih bekerja keras untuk mengevakuasi korban dan membersihkan lumpur dari rumah dan fasilitas umum.
Kondisi ini memaksa Mohan mengambil langkah cepat dengan mengaktifkan posko induk penanganan bencana. “Kemarin kita berada pada fase kritis. Kini situasinya mulai terkendali, tapi penanganan harus dipercepat,” ujarnya saat meninjau lokasi banjir, Senin, 7 Juli 2025.
Sebaran Wilayah Terdampak
Adapun banjir merata di enam kecamatan di Mataram. Di antaranya, Kecamatan Sandubaya meliputi Kelurahan Bertais, Selagalas, Babakan, Abian Tubuh, Mandalika, Dasan Cermen, Turida
Lalu, Kecamatan Mataram meliputi Kelurahan Pagutan, Pagutan Timur, Pagesangan Timur, Mataram Timur. Kecamatan Sekarbela meliputi Kekalik Jaya, Karang Pule, Tanjung Karang, Jempong Baru.
Kemudian, Kecamatan Selaparang meliputi Dasan Agung Baru, Gomong. Terakhir Kecamatan Cakranegara meliputi Karang Taliwang, Mayura, Cakranegara Selatan Baru, Cakranegara Barat
Sebagian besar rumah warga yang terendam kini tertutupi lumpur dan pembersihan secara gotong-royong, melibatkan aparat kelurahan hingga TNI/Polri.
Prioritas Bantuan dan Logistik
Mohan meminta pengiriman segera logistik prioritas seperti selimut, alas tidur, dan makanan siap saji ke titik-titik pengungsian. Posko induk di depan pendopo menjadi pusat distribusi bantuan.
“Dapur umum sedang disiapkan, targetnya bisa memproduksi 3.000 hingga 4.000 bungkus nasi setiap hari. Ini akan dibagikan langsung ke korban dan petugas di lapangan,” ujar Mohan.
Ia juga mengajak masyarakat yang ingin berdonasi, terutama kebutuhan pokok, untuk menyalurkannya melalui posko utama agar distribusi lebih terkoordinasi.
Meskipun sebagian warga sudah kembali ke rumah masing-masing, proses pendataan kerusakan masih berlangsung. Pemerintah berkomitmen akan mengintervensi rumah-rumah yang rusak berat, termasuk memperbaiki fasilitas umum seperti jembatan yang terdampak.
“Data kerusakan masih terus dikumpulkan. Begitu valid, kita akan segera bergerak untuk perbaikan. Yang paling utama sekarang adalah memastikan semua kebutuhan dasar warga terpenuhi,” tegasnya. (*)