Ekonomi Bisnis

6 Ton Kedelai Disapu Banjir, Pembuat Tempe di Kekalik Bertahan dari Sisa Bahan Baku

Mataram (NTBSatu) – Seorang pembuat tempe di Kekalik Gerisak, Kota Mataram, H. Masrul hanya bisa menyaksikan usahanya luluh lantak di tengah terjangan banjir pada Minggu, 6 Juli 2025.

Banjir besar tersebut menghantam tempat tinggal sekaligus lokasi produksi tempe miliknya. Total 6 kedelai yang ia jemur sehari sebelumnya terendam banjir. Semua modal usaha yang selama ini Masrul kumpulkan pun musnah dalam sekejap.

“Airnya naik sampai ke dada. Kedelai yang saya jemur terendam sudah tidak bisa diselamatkan. Itu modalnya sekitar Rp60 juta. Semua habis. Sampai dua hari kami tidak bisa produksi,” tuturnya kepada NTBSatu di rumahnya, Selasa, 8 Juli 2025.

Dari sisa kedelai yang selamat, ia kini mencoba bangkit perlahan. Tanpa bantuan dan sokongan dana, ia kembali menyalakan tungku produksinya, berharap bisnisnya bisa bangkit kembali meski banjir sudah menyapu semuanya.

IKLAN

“Sejak saya mulai usaha tempe ini, belum pernah saya dapat bantuan dari pemerintah. Tidak pernah. Baik untuk modal, alat, maupun program,” ungkap Masrul.

Yang membuat beban makin berat, harga kedelai kini terus melonjak, sementara harga tempe tidak kunjung berubah.

“Sekarang kedelai mahal, tapi harga tempe tetap. Kita ini harus jual murah, karena kalau naik sedikit saja, pembeli bisa kabur,” tambahnya.

IKLAN

Data Korban Banjir Mataram

Banjir yang melanda Kota Mataram bukan hanya meninggalkan genangan, tetapi juga menyisakan luka pada korban. Menurut data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, bencana tersebut telah berdampak pada lebih dari 30.681 jiwa.

Tak hanya warga kehilangan harta benda, namun juga tempat tinggal dan sumber penghidupan. Bahkan 1 orang meninggal dunia, serta 15 orang mengalami luka-luka akibat peristiwa ini.

Sejumlah infrastruktur penting ikut rusak, mulai dari rumah dan kendaraan warga, jembatan, hingga beberapa kantor dinas yang tak luput dari sapuan banjir.

IKLAN

Melihat skala kerusakan yang begitu masif, Pemerintah Provinsi NTB resmi menetapkan status tanggap darurat bencana selama 10 hari ke depan. Keputusan ini diambil melalui rapat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Kantor Gubernur NTB pada Senin malam, 7 Juli 2025.

Namun, di balik segala langkah resmi itu, cerita-cerita kecil seperti milik Masrul kerap tenggelam tanpa perhatian maupun uluran tangan pemerintah.

Meski dilanda kecewa karena belum juga mendapat bantuan, Masrul tetap melanjutkan rantai produksinya dengan menggiling, membungkus, dan mengukus, meski hasilnya tak sebanyak dulu.

Cerita Masrul hanyalah satu dari sekian kisah perjuangan warga Kota Mataram yang kini sedang berjuang bangkit dari puing-puing bencana.

Kini, harapan terbesar Masrul bukanlah bantuan kerugian penuh, melainkan perhatian kecil dari mereka yang memiliki kuasa agar para pelaku usaha kecil tidak lagi berjuang sendirian. (*)

Berita Terkait

Back to top button