Baru Pertengahan Tahun, 5.076 Kasus TBC Ditemukan di NTB

Mataram (NTBSatu) – Dinas Kesehatan NTB temukan sebanyak 5.076 kasus penyakit Tuberculosis (TBC) di NTB. Jumlahnya cukup banyak meski baru setengah tahun menuju Desember 2025. Berpotensi bertambah, namun tergantung identifikasi.
Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr. Lalu Hamzi Fikri menyampaikan, dari 5.076 kasus tersebut, sebanyak 5.048 kasus merupakan Tuberkulosis Standar Obat (TB SO). Sementara 28 lainnya merupakan Tuberkulosis Resistensi Obat (TB RO).
“Kemudian yang sudah diobati sebanyak 26,47 persen dari total tersebut,” kata Fikri, Jumat, 4 Juli 2025.
Berdasarkam data penemuan kasus, Kota Mataram tercatat sebagai daerah dengan penemuan kasus tertinggi di NTB, mencapai 54,69 persen. Kemudian Kabupaten Dompu sebanyak 39.75 persen, Sumbawa Barat 38.62 persen, Kota Bima 35,42 persen.
Selanjutnya ada Lombok Timur dengan penemuan 27,39 persen, Sumbawa 27,17 persen, Lombok Barat 25,02 persen, Bima 22,21 persen, Lombok Utara 17,75 persen, dan Lombok Tengah 14,67 persen.
“Sementara berdasarkan jenis kelamin, 67 persen atau 2.806 kasus TBC menyerang laki-laki dari berbagai kelompok umur. Sementara, perempuan hanya 33 persen atau 1.647 kasus,” jelas Fikri.
Sudah Terobati
Estimasi kasus TBC di tahun 2025 sebanyak 19.180 kasus. Dengan kasus TBC anak di pertengahan tahun sebanyak 417 kasus, dan TBC HIV sebanyak 68 kasus.
Dari 5.076 kasus yang terdeteksi hingga pertengahan tahun ini, sebanyak 4.561 atau 90,35 persen telah mendapat penanganan TB SO dengan keberhasilan penanganan menyentuh angka 80,86 persen.
Kemudian, 20 pasien lainnya mendapatkan penanganan TB RO dengan keberhasilan penanganan hingga 75 persen.
“99 persen kasus TBC di NTB merupakan TBC Sensitif Obat dan 1 persen dengan Resisten Obat. 67 persen terkonfirmasi Bakteriologis dan 33 persen terdiagnosis klinis,” terangnya.
Dari sisi penanganan, Kabupaten Lombok Timur, Sumbawa, Sumbawa Barat dan Bima telah mencapai target treatment enrollment TBC RO dengan persentase kasus telah terobati sejumlah 71,43 persen berdasarkan jumlah kasus RO terlapor.
“Belum ada kabupaten/kota yang mencapai target penerimaan pasien TBC untuk memulai pengobatan (treatment enrolment). TBC SO Persentase kasus telah terobati sebesar 89,40 persen berdasarkan jumlah kasus SO terlapor,” katanya.
Fikri menjelaskan, trend Keberhasilan pengobatan TBC cenderung menurun dari tahun 2022. Sehingga penting adanya penguatan Pengawas Menelan Obat (PMO) dan pengawasan yang ketat dari petugas perlu lebih peningkatan lagi. (*)